Kebebasan demokrasi yang disalahgunakan terorisme

Kapolri memerintahkan Polda setiap daerah untuk membentuk satgas anti teror.

Pengikut aliran terorisme menganggap Ramadan sebagai bulan amaliah./Antara Foto

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Tito Karnavian mewaspadai sel-sel teroris yang telah menyebar di seluruh daerah. Tito menyebut, sel terorisme di beberapa wilayah mengambil momentum kebebasan berdemokrasi. 

Sel-sel terorisme yang menyebar itu terdiri dari sel aktif dan sel tidak aktif, namun berpotensi melakukan tindakan. Jaringan Daulah Islamiah (JAD) menjadi salah satu jaringan yang sel-selnya perlu dideteksi dan ditekan penyebarannya.

Bahkan di bulan ramadan ini, pengikut aliran terorisme menganggapnya sebagai bulan amaliah. Mereka menganggap akan mendapatkan pahala lebih saat melakukan aksi di bulan ramadan. Peristiwa kerusuhan di Mako Brimob sampai saat ini, Polri berhasil menangkap 96 tersangka terorisme.

“Setelah peristiwa di Mako Brimob sudah ada 96 tersangka ditangkap di seluruh Indonesia. Sekitar 14 di antaranya tertembak mati pada saat penangkapan,” ujar Tito pada Selasa (5/6).

Salah satu cara menanggulangi perluasan sel-sel terorisme, Kapolri memerintahkan Polda setiap daerah membentuk satgas anti teror. Densus 88 juga diminta untuk memberitahukan kepada satgas anti teror di setiap Polda agar dapat mendeteksi pergerakan sel-sel yang tidak aktif, namun berpotensi melakukan suatu tindakan.