Keluarga Anthonius Gunawan Agung dapat bantuan Rp950 juta

Menteri BUMN Rini M Soemarno memberikan penghargaan khusus untuk keluarga Anthonius Gunawan Agung.

Media sosial memberikan penghormatan terhadap Anthonius Gunawan Agung/Reuters

Gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (29/9) meninggalkan duka mendalam. Jumlah korban jiwa terus bertambah mengingat masih banyak korban yang hilang dan belum ditemukan.

Salah satu di antara korban jiwa adalah Anthonius Gunawan Agung, seorang karyawan Air Nav yang bertugas sebagai petugas Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Sis Al-Jufrie, Palu. Sebelum gempa terjadi, Agung sedang melayani pesawat Batik Air ID6231 yang akan terbang dari Palu menuju Makassar dan ia telah memberikan "clearance" kepada Batik saat gempa terjadi.

Personel AirNav lainnya yang tidak sedang melayani kemudian turun saat gempa mulai terasa makin kuat, sementara Agung sendiri memutuskan tetap duduk di tempatnya karena pesawat belum take-off sempurna.

Agung menunggu pesawat Batik hingga airborne, sayangnya kondisi gempa sudah semakin tak terkontrol. Ia akhirnya memutuskan melompat dari cabin tower di lantai 4 yang ambruk hingga mengalami patah kaki. Personel AirNav di Palu melarikan Agung ke rumah sakit, namun untuk penanganan selanjutnya harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena diindikasi ada luka dalam. AirNav berupaya untuk mendatangkan helikopter dari Balikpapan. Sayangnya, karena kondisi bandara yang masih belum memungkinkan, helikopter baru dapat diterbangkan Sabtu (29/9).

Agung kemudian dibawa ke bandara untuk diterbangkan dengan helikopter menuju Balikpapan. Namun sebelum helikopter tiba, Agung menghembuskan napas terakhirnya.