Ketua Komisi IX DPR soroti akurasi pengelolaan data PBI-JKN BPJS Kesehatan

Diketahui, selisih Kuota PBI JKN terhadap kuota Januari hingga November 2021, jumlahnya terus meningkat.

Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene. Foto: dpr.go.id/Jaka/hr

Ketua Komisi IX DPR Felly Estelita Runtuwene menyoroti akurasi pengelolaan data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI-JKN) BPJS Kesehatan. Setiap bulan jumlah PBI-JKN ini terus menurun. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran untuk membayar PBI hanya 82,11% dari total anggaran Rp46,21 triliun. Felly menyampaikan hal tersebut saat memimpin Rapat Kerja engan Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, dan Dirut BPJS Kesehatan, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (24/11).

Selain itu, masih terdapat data PBI yang belum diakomodir sebanyak sekitar 1,5 juta orang. Di sisi lain, masih ada sisa kuota 9,7 juta jiwa yang seharusnya, bisa ditetapkan penggantinya, termasuk bayi baru dari ibu yang berstatus PBI. Juga para pekerja yang enam bulan setelah terkena dan korban bencana alam seharusnya juga berstatus PBI.

“Karena itu, kami belum mendengar penjelasan bagaimana akan dilakukan di lapangan. Seharusnya dengan big data dan integrasi sistem IT, proses verifikasi dan validasi bisa dipercepat,” pesan Anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI tersebut. Menurut Felly, idealnya, data PBI tersebut bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikelola oleh Kementerian Sosial.

Tetapi, kondisi riilnya, jelas Felly, saat ini belum ada PBI yang non-DTKS yang berstatus padan dengan jumlah 11,6 juta jiwa, dan PBI yang berstatus tidak padan sebanyak 5,8 juta, dan 2,5 juta data ganda. Sehingga, masih ada sisa kuota sebesar 9,7 juta jiwa yang belum dimasukkan ke dalam PBI tersebut.

“Angka-angka ini adalah masyarakat kita yang membutuhkan, dan sesuai kriteria mereka ini masuk kelompok fakir miskin dan kurang mampu yang tentunya berhak mendapat menjadi PBI,” tegas Felly.