Cerita nakes di area konflik Papua: Kami khawatir dengan keselamatan kami

Kerja tenaga kesehatan di Papua kian berat setelah insiden serangan di distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua.

Ilustrasi tenaga kesehatan di Papua. Alinea.id/Enrico

Kabar mengenai serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap tenaga kesehatan di distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pekan lalu, bikin Yulius Sondok tak tenang. Bekerja sebagai penyuluh kesehatan di distrik Ninati, Kabupaten Boven Digoel, Yulius cemas hidupnya terancam. 

"Sebenarnya kalau dilihat dari letak wilayah (Boven Digoel) termasuk daerah rawan juga mengingat jarak ke Pegunungan Bintang bisa ditempuh oleh masyarakat dua hari jalan kaki. Ini yang kami takutkan. Kalau KKB terdesak, takut lari ke wilayah kerja kami," kata Yulius kepada Alinea.id, Rabu (22/9). 

Dalam peristiwa penyerangan KKB di Kiwirok, setidaknya sembilan tenaga kesehatan menjadi korban. Salah satu tenaga kesehatan bernama Gabriella Meilani meninggal karena dianiaya dan dilempar ke jurang. Korban lainnya mengalami luka-luka. 

Peristiwa penyerangan itu, kata Yulius, bikin dia was-was. Selain bertugas di Puskesmas Ninati, Yulius mengaku masih aktif mengunjungi rumah-rumah warga di pelosok Boven Digul. Jika kemalaman, ia bahkan kerap menginap di rumah warga. 

"Ada wilayah kerja yang cukup jauh dari puskesmas dan tidak bisa dijangkau dengan kendaraan. Untuk kampung-kampung yang terdekat, biasanya anggota satgas ikut. Tetapi, untuk kampung yang jauh, yang sampai nginep, tidak ikut," ujar pria berusia 32 tahun itu.