Pakar: Sumber pangan di laut terancam akibat perubahan iklim

Perubahan iklim ancam mata pencaharian nelayan tradisional.

Dampak kondisi ribuan ikan kecil jenis Ilak yang mati pasca terjaring pukat tarik (Seine Nets) nelayan tradisional dan dibuang di pesisir pantai Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (9/3/2019). Antara Foto

Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Alan Frendy Koropitan, mengatakan perubahan iklim yang terjadi sekarang ini bisa memberi dampak lebih serius bagi nelayan, khususnya tradisional yang berskala kecil. Akibatnya, hal tersebut dapat mengancam ketersediaan produksi pangan yang berasal dari laut.

“Ini sedikit banyak perubahan iklim sudah dirasakan. Makanya perlu adanya langkah adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim sebagai solusi,” kata Alan dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Kamis, (14/3).

Adaptasi yang dimaksud Alan yakni dengan cara mengalihkan konsentrasi nelayan. Jika semula mereka menangkap ikan ikan di laut, kini sudah saatnya beralih ke akuakultur (budi daya). Menurut dia, praktik akuakultur mampu menjadi alternatif untuk menyediakan pangan dari laut.

Apalagi saat ini terdapat tren penurunan tangkapan ikan yang dirasakan nelayan lokal. Hal itu pun sejalan dengan fakta yang terjadi di negara-negara di dunia, yang mengalami penurunan sekitar 4% setiap tahunnya dari jumlah tangkapan ikan yang rata-rata sebesar 79 ton per tahun.

Sementara di Indonesia, berdasarkan penelitian Alan, terungkap terjadi penurunan stok ikan di perairan Indonesia mencapai 100 ribu ton per tahun. Penurunan cukup banyak ini terjadi untuk jenis ikan pelagis kecil.