Para pekerja yang bertaruh nyawa dan minimnya jaminan keselamatan

Kasus tewasnya tiga pekerja alih daya PT Telkom Akses di Tangerang, Banten, membuka tabir bagaimana keselamatan pekerja itu penting.

Ilustrasi pekerja. Alinea.id/Firgie Saputra.

Kekhawatiran kerap menghantui Muhammad Iqbal—nama samaran—seorang staf ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sebuah perusahaan konstruksi, ketika akan bertugas. Musababnya, ia memikirkan keamanan para pekerja bangunan yang berada di bawah pengawasannya.

Ia mengakui alat pelindung keselamatan kerja yang disediakan perusahaannya tak memenuhi standar. Berkali-kali ia menyarankan hak keselamatan dalam bekerja, tetapi atasannya selalu mengelak.

“Saya yang jadi kambing hitam ketika ada kecelakaan kerja,” ujar Iqbal saat berbincang dengan Alinea.id, Minggu (10/10).

Sanksi menanti

Menurut Iqbal, tahun ini saja ada lima orang pekerja bagian interior yang meninggal karena kecelakaan kerja. Di samping tak memenuhi standar, alat keamanan kerja yang disediakan perusahaan tak lengkap. Misalnya, para pekerja bagian instalasi listrik hanya diberikan helm dan rompi.