Pembakaran bendera Tauhid di Garut, HTI: Itu bukan simbol kami

Tindakan Banser NU membakar bendera Tauhid gegabah lantaran menimbulkan konflik horizontal antarumat Islam.

Sejumlah pengunjuk rasa mengikuti aksi protes pembakaran bendera berkalimat Tauhid di depan Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (26/10/2018)). ANTARA FOTO

Tindakan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) yang membakar bendera berlafazkan tauhid sembari berjoget dan bernyanyi seolah merayakan kemenangan atas Hizbut Tahrir Indonesia, organisasi yang dilarang pemerintah. Hal tersebut diutarakan oleh mantan anggota Jamaah islamiyah, Nasir Abbas.

Meniurutnya, tindakan yang dilakukan Banser NU membakar bendera Tauhid gegabah lantaran menimbulkan konflik horizontal. Terlebih bendera itu identik dan kerap digunakan oleh HTI, yang merupakan organisasi muslim juga.

“Dalam pembakaran bendera itu, masa kalau mau bakar dengan alasan mengamankan jangan sambil nyanyi-nyanyi begitu, seakan-akan merayakan kemenangan,” kata Nasir dalam diskusi yang digelar di Jakarta pada Kamis, (1/11).

Nasir menjelaskan, jangan karena membenci suatu kelompok kemudian berlaku tidak adil dengan kelompok tersebut. Untuk menyelesaikannya, kata Nasir, harus mengedepankan dialog. Selain itu, Nasir juga meminta kepada Banser NU untuk meminta maaf.

“Jika perlu, kalau memang hukum di negara ini mengatur tindakan tersebut, yaa silakan di tindak,”kata Nasir.