Penjelasan pakar soal beda hisab dan rukyat untuk melihat hilal

Rukyat memerlukan verifikasi melalui sidang isbat. Sementara, metode hisab perlu memenuhi kriteria perhitungan yang ditetapkan.

ilustrasi melihat hilal. Foto Antara/dokumentasi

Perbedaan metode untuk menentukan awal bulan dalam kalender Islam tak jarang menyebabkan hari raya Islam jatuh pada waktu yang berbeda. Terakhir, perbedaan terjadi pada Lebaran Iduladha di Indonesia.

Ketua Dewan Pembina DKM BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan, perbedaan dapat terjadi karena metode hisab atau rukyat memiliki dasar perhitungannya masing-masing. Namun, keduanya merupakan metode yang setara secara astronomi.

"Terkait dengan penentuan awal bulan, memang kita harus menyadari di masyarakat ada dua mazhab yaitu rukyat dan hisab, kita tidak bisa mengatakan bahwa sistem rukyat itu menimbulkan kekacauan. Jadi rukyat mempunyai dalil, hisab juga mempunyai dalil," kata Thomas dalam diskusi Dialektika Baitul Hikmah BRIN yang digelar daring, Jumat (15/7).

Thomas menyebut, metode rukyat memerlukan verifikasi yang kemudian ditetapkan melalui sidang isbat. Sementara, metode hisab perlu memenuhi kriteria perhitungan sesuai dengan yang ditetapkan.

Lebih lanjut, Thomas menjelaskan ada faktor gangguan yang perlu dipahami terkait dengan pengamatan hilal. Salah satunya yakni cahaya syafak (cahaya senja) yang menyebabkan pengamatan hilal sulit untuk dilakukan.