Petaka pengembangan iptek di Indonesia ke dalam BRIN

Cendikiawan muslim, Azyumardi Azra, pun menyebut ini sebagai salah satu kebijakan negatif Presiden Jokowi.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1998-2006, Azyumardi Azra. Twitter/@Prof_Azyumardi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1998-2006, Azyumardi Azra, menilai, rencana peleburan empat lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) tersebut sebagai petaka bahkan tidak ada yang bisa diharapkan dari keputusan itu. Alasannya, langkah ini merupakan degradasi di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

“Saya melihat tidak banyak peluang BRIN bisa berkembang dengan baik dalam waktu yang tersisa, mungkin cuma praktisnya 1,5 tahun menjelang pemilu (2024). Kerja mungkin (mulai) 2022 dan setelah itu iya sibuk dengan urusan pemilu. Jadi, tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu, empat LPNK yang dibubarkan kemudian dikonsolidasikan,” ucap Azra dalam webinar Alinea Forum "Model Integrasi BRIN", Jumat (18/6).

Pengonsolidasian BRIN pasca-peleburan empat LPNK dinilai juga bakal membutuhkan waktu lebih panjang untuk membahas masalah anggaran hingga nomenklatur. Dia pun mengimbau rekan-rekan pegawai di empat LPNK tersebut mengantisipasi hal terburuk pasca-peleburan menjadi BRIN.

BRIN tidak memiliki posisi tawar pasca Kemenristek dilebur kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). BRIN juga bukan anggota sidang kabinet. Kalaupun diundang dalam sidang kabinet, posisi BRIN tidak setara dengan kementerian. Imbasnya, akan sulit mengajukan anggaran untuk pengembangan iptek.