Politikus PKS bandingkan anggaran IKN dengan nasib guru honorer

Persoalan guru honorer bak sebuah drama berseri yang tak kunjung usai.

Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah. Foto: dpr.go.id/Erman/Man

Anggota Komisi X DPR Ledia Hanifa Amaliah menyayangkan pemerintah yang ngotot dan ngebut dalam memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) dengan anggaran hampir Rp500 triliun. Sedangkan, di sisi lain, ribuan guru honorer yang sudah mengabdi belasan hingga puluhan tahun namun belum mendapatkan kepastian nasib kesejahteraannya.

"Miris sekali, ribuan guru honorer masih terkatung-katung nasibnya. Tahun berganti tahun, namun kesejahteraan dan kepastian status ketenagakerjaan mereka masih terabaikan. Sementara pemerintah malah sibuk mengedepankan nafsu memindahkan Ibu Kota sesegera mungkin. Sangat memprihatinkan," kata Ledia dalam keterangannya, Rabu (19/1).

Menurut Ledia, persoalan guru honorer bak sebuah drama berseri yang tak kunjung usai. Bertahun-tahun persoalan guru honorer baik di sekolah negeri maupun swasta terus mendulang isu pedih dan kritik.

"Secara kesejahteraan, nasib mereka amat memprihatinkan karena hanya mendapat kisaran gaji puluhan hingga ratusan ribu rupiah per bulan. Karena itu para guru honor ini sangat mendambakan untuk diangkat menjadi PNS demi kejelasan status dan peningkatan kesejahteraan," ujar dia.

Namun di sisi lain, pemerintah kemudian menghentikan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk formasi guru mulai 2021. Sebagai gantinya, pemerintah meminta para guru honorer untuk mengikuti seleksi calon guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).