Polrestabes Surabaya cegah terorisme lewat Jumantik

Kepolisian Surabaya tak mau kecolongan lagi setelah sebelumnya digoncang aksi terorisme yang menelan korban jiwa.

Petugas kepolisian tengah melakukan sosialisasi untuk menangkal aksi radikalisme di Surabaya. / (Foto: Ayu Mumpuni/Alinea.id)

Kepolisian Surabaya tak mau kecolongan lagi setelah sebelumnya digoncang aksi terorisme yang menelan korban jiwa.

Belasan petugas gabungan dari Polri, TNI dan Kecamatan mendatangi satu per satu kamar kos-kosan di RT sembilan dan 10, Kelurahan Tegalsari, Surabaya. Daerah Tegalsari menjadi wilayah pemukiman yang dianggap kompleks karena jumlah penduduk non permanennya sekitar 3.000 orang.

Kegiatan tersebut merupakan operasi yustisi yang dilakukan untuk mendata para penduduk non permanen di Surabaya. Setelah peristiwa ledakan bom 14 Mei 2018 di Mapolrestabes Surabaya dan rentetan bom di tiga gereja lainnya, pengamanan dari aparat kepolisian dan stakeholder setempat memang ditingkatkan.

Seorang warga yang sudah merupakan penduduk asli Tegalsari mengatakan keberadaan penduduk non permanen mulai banyak setelah dibangunnya sebuah mal tak jauh dari sana. Namun, tak dapat dipungkiri setelah tragedi ledakan bom, rasa was-was masyarakat muncul.

“Khawatir, was-was. Tapi mereka sosialisasinya bagus sih dengan masyarakat,” kata seorang warga bernama Siti Aminah di Surabaya, Senin (23/7).