Prahara di kompleks Sangkuriang: Alat rusak, riset mangkrak

Pemugaran kompleks penelitian eks LIPI di Jalan Sangkuriang, Bandung, bermasalah. Peneliti mengeluhkan kondisi kerja yang tak layak.

Proyek pembangunan Bandung Advanced Science and Creative Engineering Space (BASICS) di eks kompleks penelitian LIPI di Jalan Sangkuriang, Bandung, Jawa Barat. /Foto dok. BRIN

Dahanam beton beradu dengan alat konstruksi bikin bising kompleks penelitian eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jalan Sangkuriang, Bandung, Jawa Barat. Debu dari proyek menempel pada gedung-gedung yang tersisa di kompleks riset yang kini di bawah kendali Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) itu. 

Sejak sejumlah gedung dipugar sekitar dua tahun lalu, kompleks tersebut sepi peneliti. Tak tahan dengan kebisingan itu, kebanyakan peneliti memilih bekerja dari rumah. Apalagi, sebagian besar dari mereka tak lagi punya laboratorium untuk dipakai. 

Imran, bukan nama sebenarnya, memandang wajar situasi itu. Ia adalah salah satu kepala tim penelitian dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (P2ET) yang laboratoriumnya turut terdampak renovasi kompleks tersebut. 

“Ya, mau bagaimana lagi? Adanya pembangunan. Suka bunyi, 'Dug-dug-dug!'  Kadang gedung kita juga bergetar. Itu yang membuat enggak enak,” tutur Imran kepada Alinea.id, Sabtu (19/2).

Di kompleks itu, ada delapan gedung utama yang memiliki fungsi berbeda. Di setiap gedung, terdapat kantor satuan kerja riset LIPI. Dari delapan gedung, setidaknya ada lima gedung yang tengah dibongkar dan dibangun ulang, yakni gedung bernomor 20, gedung 30, gedung 40, gedung 50, dan gedung 60.