Setengah hati menata kampung kumuh DKI

Penataan kampung-kampung kumuh di DKI Jakarta dianggap masih berorientasi pada kuantitas. Kualitas penataan terpinggirkan.

Warga melintasi jembatan menuju RT 05 RW 02, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (5/4). Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin

Mendengar suara air keran bergemuruh, Junayah bergegas keluar dari rumahnya di Gang Sekretaris, RT 15 RW 05, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Usai mematikan air keran di toilet umum di gang itu, perempuan berusia 51 tahun tersebut "misuh-misuh."

"Siapa nih yang enggak matiin air. Harusnya, sehabis dari WC itu, airnya dimatiin lagi," kata Junayah saat berbincang dengan Alinea.id kediamannya di Gang Sekretaris, Rabu (5/4).

Junayah bercerita persoalan ketersediaan air bersih kerap jadi biang keributan di lingkungan rumahnya. Pasalnya, mayoritas warga tak punya kamar mandi sendiri sehingga harus berebutan menggunakan toilet umum untuk keperluan sehari-hari. 

Dulu, menurut Junayah, bahkan tak ada saluran tanki septik di gang itu. Pemprov DKI Jakarta, lewat Dinas Sumber Air Jakarta, baru mulai membangun saluran-saluran tanki septik di permukiman warga sejak 2019. 

"Jadi, warga itu buang kotorannya ke saluran air. Tetapi, sekarang sudah ada septic tank. Baru tiga tahun belakangan ini sudah dibuat sepuluh septic tank sehingga sanitasinya sudah mulai membaik," ucap Junayah.