Supaya angkutan umum tetap melaju di tengah kenaikan harga BBM

Seiring dengan kenaikan harga BBM, tarif angkutan umum pun ikut terkerek.

Ilustrasi angkutan umum. Alinea.id/Debbie Alyuwandira

Sebuah angkutan kota (angkot) berwarna hijau jurusan Parungpanjang-Bitung, berhenti menunggu penumpang di depan Stasiun Parungpanjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di belakang setir, sang sopir bernama Gunawan berteriak lantang menyebut Bitung, yang merupakan tujuan akhir angkot itu.

Gunawan mengeluh, setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 3 September lalu, pendapatannya susut.

“(Sebelum harga BBM naik) kita biasanya dapat Rp150.000 (sehari),” kata dia saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Sabtu (17/9).

“Sekarang, Rp70.000. Kadang-kadang juga ada (lebih). Angkot turun-naik kan (penghasilannya).”

Pemerintah sudah mengetuk palu, menaikkan harga pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter, solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.