'Virus' ISIS dinilai lebih berbahaya dari corona

Ideologi ISIS dinilai lebih berbahaya dari coronavirus yang meneror masyarakat berbagai belahan dunia.

Menteri Agama Fachrul Razi mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1)/Foto Antara/Rivan Awal Lingga

Ideologi ISIS dinilai lebih berbahaya dari coronavirus yang juga menjadi teror masyarakat berbagai belahan dunia. Demikian diungkapkan Wakil Ketua Komisi III DPR Fraksi Golkar, Adies Kadir di tengah wacana pemulangan 600 WNI eks ISIS dari Timur Tengah. 

"Kita tahu ISIS ini kalau ada yang menyatakan virus ISIS ini lebih bahaya dari Corona," kata Adies di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (6/2).

Menurutnya, sangat sulit menjamin eks ISIS melepas ideologi radikalnya. "Orang yang melakukan kegiatan terorisme yang dia terkontaminasi faham ISIS yang ada di Indonesia, melakukan teror-teror yang sudah dihukum itu pun sangat susah. Yang katanya ada deradikalisasi dan lain-lain tetapi hasilnya apa? Kan kita belum melihat betul hasilnya," jelasnya.

Jika pemerintah ingin benar-benar memulangkan mereka, sambung Adies, harus betul-betul dikuatkan oleh jaminan mereka tidak akan membuat kacau. Harus benar-benar disaring siapa saja yang bisa pulang dan tidak.

"Artinya seseorang ini yang sudah meninggalkan kedaulatan NRI secara suka hati bahkan mereka melecehkan negara kesatuan kita, nah ini kan betul-betul harus disaring kembali apabila ingin masuk," paparnya.