UEFA akan kehilangan kekuasaan, tetapi Liga Super diragukan bisa terbang

UEFA dan FIFA dinilai menyalahgunakan posisi dominannya dengan melarang klub mengikuti liga “tertutup”, sesuai usulan awal.

Foto: Ist

Badan sepak bola Eropa atau UEFA akan kehilangan banyak kekuasaan, terutama terkait monopoli kompetisi sepak bola di Eropa. Prediksi ini dikemukakan para ahli seiring dengan keputusan pengadilan bahwa UEFA dan FIFA tidak berhak mencegah pembentukan Liga Super Eropa pada 2021 di mana Manchester United dan Bayern Munich sempat mengumumkan bahwa mereka telah mendaftar di liga tandingan tersebut. 

Pengadilan Eropa (ECJ) memutuskan bahwa Persatuan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dan badan pengatur global Federation Internationale de Football Association (FIFA) melanggar undang-undang Uni Eropa dengan mencegah pembentukan Liga Super pada tahun 2021 sehingga menimbulkan gelombang kejutan dalam olahraga tersebut.

UEFA dan FIFA dinilai menyalahgunakan posisi dominannya dengan melarang klub mengikuti liga “tertutup”, sesuai usulan awal.

Menyusul protes dari para penggemar, kecaman yang meluas, dan peringatan keras dari UEFA bahwa klub dan pemain yang ambil bagian di dalamnya akan dilarang mengikuti kompetisi seperti Piala Dunia, proyek tersebut terhenti.

Dalam waktu 48 jam, sembilan dari 12 klub pemberontak – termasuk enam dari Liga Premier Inggris – mundur dan proyek Liga Super tersebut gagal. Promotor liga, A22 Sports Management, mengajukan gugatan hukum melalui pengadilan Spanyol, yang mengajukan pertanyaan tersebut ke ECJ yang berbasis di Luksemburg.

Penilaian atas 'penyalahgunaan kekuasaan' UEFA
Pakar manajemen olahraga dan ekonomi percaya bahwa “keputusan yang sangat kuat” dari pengadilan membuktikan bahwa monopoli UEFA yang telah lama ada dalam penyelenggaraan pertandingan di benua ini dapat ditantang, namun nasib proyek pemisahan diri tersebut masih belum pasti.