Amien Rais Syndrome: Karena kurang tenar atau politik kerumunan?

Amien Rais Syndrome merujuk pada fenomena pemilih Amien Rais pada 2004 yang rendah.

Amien Rais saat kampanye sebagai calon presiden pada 26 Juni 2004. Foto: GETTY IMAGES/bbc.com

Pada pekan ini, beredar isu soal pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang dinilai terkena Amien Rais Syndrome. Ini karena setiap aktivitas politik yang digelar pasangan ini, hampir selalu dipenuhi massa. Sementara, elektabilitas hasil lembaga survei selalu menunjukkan kalau pasangan ini berada di posisi terbawah.

Buat yang belum tahu, Amien Rais Syndrome merujuk pada fenomena pemilih Amien Rais pada 2004 yang rendah. Meskipun acara kampanye politiknya dihadiri banyak orang.Tetapi, ketika pencoblosan Pemilu 2004, hanya dapat 14,66% suara saja.

Partai pendukung keduanya pun mengaku, bakal menjadikan situasi tersebut sebagai masukan. Agar apa yang terjadi pada Amien Rais tidak juga menimpa pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).

Sejumlah pengamat pun menyampaikan analisanya mengenai penyebab terjadinya situasi tersebut kepada pasangan AMIN. Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono mengatakan, AMIN cenderung populer di kawasan urban. Hal itu mengakibatkan setiap aktivitas politik yang dilakukan pasti akan ramai. 

Di mana, voters perkotaan didominasi kelas menengah yang tidak bisa dimobilisasi oleh opinion leaders. Mereka bergerak karena kesadaran masing-masing. Itu tergambar di sejunlah survei terakhir, bahwa AMIN unggul di Jakarta dan sejumlah kota-kota besar.