Hantu golput dan kampanye politik superfisial 

Di Pilpres 2019, kelompok jomblo politik alias golput juga menghantui.

Sejumlah relawan Jokowi-Ma'ruf Amin menonton bersama Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di lapangan belakang Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). Foto Antara

Sejak Joko Widodo (Jokowi) menginjakkan kaki di kancah politik Ibu Kota pada awal 2012, Putra Aditya sudah langsung jatuh hati pada mantan Walikota Solo itu. Meskipun hanya sesekali bertemu via layar kaca, Adit hakul yakin Jokowi orang yang tepat memimpin DKI Jakarta. 

Terlebih, ketika itu Jokowi menggandeng Basuki Tjahaja Purnama (BTP) untuk maju di Pilgub DKI 2012. Menurut Adit, pasangan Jokowi-Ahok tampak relatif bersih dari dosa politik masa lalu ketimbang pasangan-pasangan lainnya.  

"Gue bahkan sempet kampanye kecil-kecilan ngajakin keluarga sama temen-temen milih mereka," kata Adit saat berbincang dengan Alinea via sambungan telepon, Kamis (24/1)

Pada perhelatan Pilpres 2014, Jokowi memutuskan mencalonkan diri sebagai presiden menggandeng Jusuf Kalla sebagai pendampingnya. Meskipun pencalonan Jokowi-JK terkesan berbau pragmatisme politik, Adit mengaku masih bersama Jokowi. "Gue masih nyoblos Jokowi juga waktu itu," ujar pemilik KTP berdomisili di Jakarta Timur itu.  

Namun, Adit memilih untuk masuk golongan putih (golput) di Pilpres 2019. Keputusan Jokowi memilih mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin di menit-menit akhir pendaftaran pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) disebut Adit sebagai penyebabnya.