Pemilu lokal bisa jadi obat polarisasi

Pemilu nasional dan pemilu lokal disarankan dipisah demi mencegah polarisasi.

Petugas menghalau pengunjukrasa saat simulasi pengamanan pemilu 2019 di Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat (5/4). /Antara Foto

Pemisahan pemilu pusat dan pemilu daerah dinilai dapat mencairkan polarisasi di masyarakat akibat kontestasi elektoral. Menurut pegiat pemilu Didik Supriyanto, pemilu lokal bisa menjadi obat mujarab untuk mencegah polarisasi. 

"Pertama, dipisah pemilu nasional dan lokal. Ketika masyarakat terpilah dalam pilpres kan selanjutnya ada pemilu lokal. Di nasional bisa bertentangan, tapi di lokal bisa saja partai itu menyatu," kata Didik dalam sebuah diskusi di Jakarta Barat, Kamis (2/5).

Didik mengatakan, formula koalisi di tingkat nasional biasanya bakal berubah saat pelaksanaan pilkada. Partai yang menjadi rival di tingkat pusat bisa menjadi mitra koalisi pengusungan pelaksanaan pilkada di level lokal.

Pemilu pusat, diusulkan Didik, hanya meliputi pilpres, DPR RI dan DPD RI, sedangkan pemilu tingkat lokal meliputi pilkada provinsi, kabupaten/kota dan pileg level DPRD provinsi dan kabupaten/kota.

Lebih jauh, Didik menambahkan, penghapusan angka presidential threshold (PT) sebesar 20% bukan solusi untuk menghapus polarisasi masyarakat. Menurut dia, angka PT yang rendah juga sulit membuka peluang munculnya calon ketiga.