Populisme pada alat peraga kampanye Pemilu 2024

Caleg dan parpol jor-joran menjanjikan yang gratis-gratis di Pemilu 2024.

Ilustrasi bendera parpol. Alinea.id

Kampanye dengan disertai janji-janji populis masih menjadi strategi utama parpol-parpol untuk merebut suara pemilih di Pemilu 2024. Janji-janji manis terpampang di baliho-baliho dan spanduk caleg dan berbagai parpol di seantero Jakarta. Sebagian janji politik bahkan terkesan tak masuk akal. 

Di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, misalnya, terpacak sejumlah spanduk dan baliho pesanan caleg DPR RI dari Partai Gelora Triwisaksana. Pada baliho-balihonya, pria yang akrab disapa Bang Sani itu menjanjikan Palestina merdeka jika Gelora memenangi Pemilu 2024. Caleg-caleg Gelora lainnya umumnya menjanjikan kuliah gratis bagi mahasiswa. 

Janji populis serupa diusung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga berstatus partai nonparlemen. Pada baliho dan spanduk sejumlah caleg PSI, tertulis janji BPJS gratis jika PSI memenangi pemilu. Seperti Gelora, PSI juga menjanjikan kuliah gratis di perguruan tinggi negeri. 

Di antara lainnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hadir di ruang publik dengan janji mempertahankan Jakarta sebagai ibu kota negara jika PKS memenangi pemilu. Janji itu sejalan dengan wacana penolakan ibu kota Nusantara yang digaungkan Anies Baswedan, capres yang diusung PKS, NasDem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

Pakar kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai Gelora dan kawan-kawan meniru kampanye populis Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama berkuasa hampir satu dekade, Jokowi sukses mempertahankan tingkat elektabilitas dan kepuasan publik lewat program-program populis.