Wiranto: Perusuh preman bertato dan dibayar

Saat ini, polisi telah mengamankan 62 perusuh dan provokator.

Petugas kepolisian menembakan gas air mata ke arah massa aksi saat terjadi bentrokan di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (22/5). /Antara Foto

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, kepolisian telah menangkap sejumlah perusuh dan provokator dalam aksi unjuk rasa menolak hasil Pilpres 2019 pada 21 dan 22 Mei. Menurut Wiranto, para perusuh adalah preman bertato yang dibayar. 

"Rakyat jatuh karena ada perusuh, membakar dan menyebabkan kekacauan. Preman-preman yang dibayar dan bertato. Yang bayar siapa? Jangan sampai dilempar ke masyarakat pemerintah itu diktaktor dan melawan rakyat," kata Wiranto dalam konferensi pers di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5). 

Saat ini, polisi telah mengamankan sebanyak 62 provokator dan perusuh dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu dan kericuhan di sejumlah tempat. Hingga kini, aksi unjuk rasa pun masih berlangsung di depan Bawaslu. 

Wiranto mengatakan, aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu itu umumnya berjalan damai. Namun, aksi unjuk rasa tersebut beriringan dengan aksi-aksi brutal yang digelar kelompok-kelompok tertentu. Salah satunya ialah serangan terhadap asrama Brimob di kawasan Slipi, Jakarta Barat. 

"Dan membakar mobil yang menciptakan kekacauan dan menimbulkan korban. Seolah aparat yang melakukan tindakan di luar kewenangan. Aparat diinstruksikan untuk tidak menggunakan senjata api, perisai dan pentungan. Tentu dengan perlengkapan lain, bukan senjata api," kata dia.