“Perempuan melewatkan makan agar anak-anak mereka bisa makan,” kata Qazzaz.
Sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 28.000 perempuan dan anak perempuan telah terbunuh — rata-rata satu orang setiap jam — menurut UN Women. Fakta ini membuat daerah kantong Palestina yang terkepung itu sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi perempuan.
Ribuan orang lainnya terluka dan hampir satu juta orang mengungsi. Karena makanan, air, dan layanan kesehatan dasar semakin langka di bawah blokade Israel, bertahan hidup telah berubah menjadi perjuangan sehari-hari — dan perempuan dan anak perempuan menanggung beban terberat.
Menurut sekelompok pakar hak asasi manusia PBB yang independen, hampir 13.000 perempuan di Gaza sekarang menjadi kepala rumah tangga mereka, sering kali mengasuh anak-anak tanpa tempat tinggal yang memadai atau perlengkapan penting.
Pada tanggal 21 Mei, para ahli mengeluarkan seruan mendesak kepada Dewan Keamanan PBB, mengutuk apa yang mereka gambarkan sebagai "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya" Israel terhadap penduduk sipil Gaza — dan memperingatkan dampaknya yang sangat menghancurkan terhadap perempuan dan anak perempuan Palestina.
"Kehancuran yang dialami oleh perempuan, anak perempuan, dan seluruh komunitas bukanlah sesuatu yang kebetulan — itu adalah konsekuensi dari kebijakan dan tindakan yang disengaja oleh Israel," kata mereka.