Sanseito kini menjadi pilihan utama pemilih muda Jepang, terutama laki-laki berusia 18 hingga 39 tahun.
Yuta Kato, seorang penata rambut berusia 38 tahun, semakin merasa terganggu dengan kehadiran turis asing di lingkungan tempat tinggal dan kerjanya di Ginza, Tokyo. Ia mengeluhkan perilaku mereka yang dinilai tidak memahami etika sosial Jepang, seperti memblokir jalan atau memutar video keras di tempat umum.
Keluhan seperti ini bukan hanya dirasakan Kato. Ia kini menjadi bagian dari kelompok warga Jepang yang tertarik pada partai politik sayap kanan Sanseito. Dalam pemilu majelis tinggi Jepang yang digelar akhir pekan lalu, partai ini menunjukkan kemajuan signifikan dengan kampanye nasionalis bertema "Japanese First" — menempatkan kepentingan Jepang dan warganya di atas segalanya.
"Ini bukan soal rasisme," kata Kato. "Tapi kenapa mereka tidak bisa menghormati aturan kami?"
Kato, seperti banyak pendukung Sanseito lainnya, mengaku memperoleh informasi politiknya dari YouTube dan media sosial—saluran yang secara efektif dimanfaatkan Sanseito untuk menyebarkan pesannya, terutama di kalangan muda.
Sentimen Anti-Orang Asing Semakin Kuat