Dalam sejarah kecelakaan penerbangan India, tragedi ini akan dikenang bukan hanya karena jumlah korban.
Langit di Kota Banswara memerah ketika matahari mulai tenggelam di balik pegunungan Aravalli. Namun, warna jingga itu bukan sekadar pertanda senja. Bagi warga kota kecil di Rajasthan ini, itu adalah pertanda duka yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Dari pengeras suara masjid hingga lonceng kuil, suasana sunyi menyelimuti jalan-jalan yang biasanya ramai. Satu kabar buruk telah menyatukan seluruh kota dalam keheningan: sebuah kecelakaan pesawat Air India di Ahmedabad telah menelan banyak korban, dan di antaranya adalah orang-orang yang selama ini menjadi kebanggaan Banswara.
Di kursi penumpang pesawat Dreamliner yang nahas itu duduk Dr Pratik Joshi bersama istrinya, Dr Kamini Vyas, dan ketiga anak mereka — termasuk sepasang putri kembar berusia lima tahun. Bagi keluarga ini, penerbangan tersebut seharusnya menjadi gerbang menuju kehidupan baru di London.
Pratik, seorang profesional perangkat lunak, telah menetap di Inggris selama enam tahun terakhir dan baru kali ini bisa menyatukan kembali keluarganya. Dr Kamini, istrinya, bahkan baru mengajukan pengunduran diri dari posisinya sebagai dosen di kampus kedokteran Udaipur dua hari sebelumnya. Segala persiapan menuju lembaran baru telah mereka lakukan.
Sebelum pesawat lepas landas, mereka sempat berswafoto, dan mengirimkannya kepada saudaranya. Itulah kebersamaan terakhir mereka.
Tak ada yang menyangka bahwa semuanya akan berakhir dalam sekejap—terbakar di langit, hanya beberapa menit setelah lepas landas.