Hari itu seharusnya menjadi hari biasa bagi Farhan Hasan. Ia baru saja menyelesaikan ujian dan berjalan keluar kelas sambil mengobrol ringan bersama teman-temannya. Tapi apa yang terjadi beberapa detik kemudian mengubah segalanya.
Sebuah jet tempur yang terbakar menghantam gedung sekolahnya, Milestone School and College, yang terletak di pinggiran utara kota Dhaka, ibu kota Bangladesh. Api langsung membumbung tinggi, disusul asap tebal yang menutupi langit. Dalam sekejap, sekolah itu berubah menjadi zona bencana.
"Pesawat itu jatuh tepat di depan mata saya," kata Farhan kepada BBC Bangla. "Sahabat saya, yang duduk bersama saya di ruang ujian, tewas seketika…"
Latihan yang berujung maut
Jet F-7 milik Angkatan Udara Bangladesh itu disebut mengalami gangguan teknis tak lama setelah lepas landas dari pangkalan udara di Dhaka, sekitar pukul satu siang waktu setempat. Pilotnya, Letnan Penerbang Md. Taukir Islam, termasuk di antara korban jiwa.
Pihak militer menyatakan bahwa sang pilot sempat berusaha mengarahkan pesawat ke area yang lebih sepi untuk menghindari kerusakan lebih besar. Tapi nahas, pesawat itu menghantam gedung dua lantai di kompleks sekolah yang masih dipadati siswa dan orang tua.
Sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas, dan lebih dari 170 lainnya luka-luka, termasuk anak-anak. Sebagian besar korban adalah siswa berusia antara 9 hingga 14 tahun.
Kepanikan, tangisan, dan kesedihan
Seorang guru bernama Rezaul Islam menyaksikan detik-detik mengerikan itu secara langsung.
"Saya melihat pesawat itu menghantam bangunan... seperti mimpi buruk yang terjadi di siang bolong."
Guru lainnya, Masud Tarik, mengaku mendengar suara ledakan keras. "Ketika saya menoleh ke belakang, saya hanya melihat kobaran api dan asap. Saat itu banyak orang tua yang sedang menunggu anak-anaknya pulang."
Suasana berubah mencekam. Puluhan ambulans berdatangan, relawan dan petugas medis sibuk mengevakuasi korban. Banyak orang tua yang menangis panik mencari anak-anak mereka, sementara jenazah terus dikeluarkan dari gedung sekolah.
Rumah sakit penuh luka dan doa
Setidaknya 50 korban, termasuk anak-anak dan orang dewasa, dilarikan ke rumah sakit dengan luka bakar serius. Di Institut Nasional Luka Bakar dan Bedah Plastik, suasana penuh dengan keluarga yang menangis, memeluk satu sama lain dalam keputusasaan.
Shah Alam, salah satu kerabat korban, hanya bisa terisak sambil memeluk adiknya—ayah dari Tanvir Ahmed, siswa kelas 8 yang menjadi salah satu korban jiwa.
"Keponakan saya kini ada di kamar mayat," ucapnya lirih.
Di tengah duka, masyarakat Bangladesh menunjukkan solidaritas. Banyak warga datang ke rumah sakit untuk mendonorkan darah. Sejumlah politisi dari dua partai besar, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan Jamaat-e-Islami, juga hadir untuk menunjukkan empati.
Hari berkabung nasional
Pemerintah sementara Bangladesh segera menetapkan hari berkabung nasional pada hari Selasa. Bendera setengah tiang dikibarkan di seluruh negeri.
Presiden sementara, Muhammad Yunus, menyampaikan belasungkawa mendalam dan menjanjikan bahwa semua langkah akan diambil untuk menyelidiki insiden ini secara menyeluruh.
"Ini adalah momen duka mendalam bagi bangsa," tulisnya di akun media sosialnya.
"Saya telah memerintahkan agar semua pihak terkait, termasuk rumah sakit, menangani situasi ini dengan sangat serius."
Sementara itu, komite investigasi khusus telah dibentuk untuk mencari tahu penyebab pasti jatuhnya pesawat. Hingga kini, pertanyaan besar masih menggantung: bagaimana bisa pesawat militer jatuh di tengah lingkungan sekolah yang padat?
Jawabannya mungkin masih butuh waktu. Namun bagi para keluarga korban, luka kehilangan itu akan terus terasa—jauh lebih dalam dari sekadar ledakan.(BBC)