Peristiwa

Trump-Musk, akhir kebersamaan duet eksentrik

Saat ini, belum jelas apakah Musk benar-benar akan meluncurkan partai baru, atau apakah Trump akan menggandeng sekutu baru yang lebih mudah dikendalikan.

Minggu, 08 Juni 2025 09:53

Di awal dekade 2020-an, hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump sempat menjadi simbol kemesraan antara kekuatan bisnis dan kekuasaan politik di Amerika Serikat. Keduanya, yang sama-sama gemar mengacak-acak tatanan lama dan bermain di batas-batas kontroversi, tampak seperti pasangan yang serasi dalam menghadirkan gaya kepemimpinan yang tidak konvensional. Namun, apa yang dimulai sebagai kolaborasi penuh semangat akhirnya runtuh dalam benturan ego, intrik kekuasaan, dan — secara harfiah — pertarungan fisik di jantung Gedung Putih.

Fase Awal: Flirtasi Politik dan Teknokrasi
Saat Trump kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan keduanya, Elon Musk adalah salah satu pendukung vokal yang, meski tidak secara resmi berkampanye, memberikan pengaruh melalui cuitan dan proyek ambisiusnya. Musk melihat peluang untuk mewujudkan visinya tentang efisiensi pemerintahan dan eksplorasi luar angkasa dengan Trump sebagai pelindung politiknya. Di balik layar, keduanya menjalin komunikasi intens, dengan Trump menjanjikan peran strategis untuk Musk jika ia menang.

Usai kemenangan Trump di pemilu, Musk ditunjuk sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), sebuah lembaga baru yang diciptakan Trump untuk memangkas birokrasi, mengekspos pemborosan, dan — dalam retorika Trump — "menjalankan pemerintah seperti bisnis."

DOGE menjadi ladang eksperimen Musk. Ia mengusulkan sistem AI untuk menggantikan proses tender federal, menghapus ribuan jabatan administratif, dan meluncurkan audit nasional terhadap pengeluaran negara. Namun, banyak dari janji tersebut tidak pernah terealisasi, memicu kecurigaan di kalangan pejabat senior dan bahkan di kalangan loyalis Trump sendiri.

Perbedaan Visi dan Benturan Ambisi
Seiring berjalannya waktu, gesekan mulai muncul. Trump merasa Musk semakin ingin mencuri panggung dan menjadikan DOGE sebagai alat personal branding. Sementara itu, Musk mulai frustrasi dengan manuver politik yang menghambat reformasinya.

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait