Akademisi apresiasi program Ganjar di Jateng, bisakah diterapkan daerah lain?

Secara tidak langsung, Ganjar mengajak masyarakat tidak hanya tenaga kesehatan saja peduli pada ibu hamil.

Ganjar mengajak seluruh perangkat pemerintah bergerak bersama mencegah kasus stunting. Foto: facebook.com/Ganjapranowo/photos

Kepala Riset Kesehatan Universitas Gunadharma Lestari Octavia mengapresiasi program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) dan Jo Kawin Bocah yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kedua program itu efektif menurunkan angka stunting atau anak kurang gizi. 

Berdasarkan perhitungan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), kasus stunting di Jawa Tengah pada 2018 sebanyak 24,4%, pada 2019 menjadi 18,3%, 2020 sebesar 14,5%. Pada 2021 sebesar 12,8%, sedangkan pada 2022, kasus stunting di Jawa Tengah tersisa 11,9%. 

Lestari yang juga terlibat dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), melihat progres baik dicapai Jawa Tengah lewat program pencegahan stunting. Menurutnya, dua program tersebut layak untuk diadaptasi daerah lain, karena sangat tepat sasaran.

“Harus diapresiasi bahwa di tingkat pemimpin daerah sudah memikirkan sejak dari usia dini yaitu program Jo Kawin Bocah dan 5Ng, sehingga jadi role model. Adaptasi saya sampaikan karena setiap daerah tentu punya perbedaan masalah. Konsep ini (Jo Kawin Bocah dan 5Ng) bisa dibawa dan disesuaikan,” kata Lestari.

Dalam penanganan stunting, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi masa krusial pencegahan. Program 5Ng tepat karena memedulikan secara komprehensif kondisi perempuan saat mengandung. Secara tidak langsung, Ganjar mengajak masyarakat tidak hanya tenaga kesehatan saja peduli pada ibu hamil.