Akademisi bisa jadi penyeimbang politikus di media sosial

Para akademisi diminta dapat lebih aktif lagi di media sosial, untuk dapat mengemukakan gagasan dan juga kritik terhadap politikus.

Diskusi bertajuk "Kampus dan Pemilu 2019" di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. /web.facebook.com/agus.novianto.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2007-2012 Sri Nuryanti mengatakan, menjelang pemilu sikap politikus tidak mencerminkan hal yang baik kepada masyarakat.

Menurut Sri, masyarakat harus bisa memunculkan pemikiran rasional yang lain. Para akademisi bisa mengambil peran itu lebih besar.

"Jadi (para akademisi) dapat memberikan argumen substantif terhadap segala permasalahan yang ada," ujar Sri Nuryanti dalam diskusi bertajuk “Kampus dan Pemilu 2019” di The Atjeh Connection, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (12/1).

Dalam konteks ini, menurut Sri, diharapkan para akademisi menjadi penyeimbang politikus, terkait informasi yang mengalir ke masyarakat, terutama di ruang publik seperti media sosial. Persoalannya, lanjut Sri, tak banyak mahasiswa yang terlibat aktif dalam praktik politik praktis di Indonesia.

Sementara itu, peneliti Populi Center Afrimadona mengatakan, edukasi politik kepada akademisi saat ini sudah baik. Beberapa akademisi juga sudah terlibat di dunia politik. Namun, sebagaian besar akademisi lainnya masih menjadi penonton dan pengamat dunia politik saja.