sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Akademisi bisa jadi penyeimbang politikus di media sosial

Para akademisi diminta dapat lebih aktif lagi di media sosial, untuk dapat mengemukakan gagasan dan juga kritik terhadap politikus.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Sabtu, 12 Jan 2019 14:30 WIB
Akademisi bisa jadi penyeimbang politikus di media sosial

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2007-2012 Sri Nuryanti mengatakan, menjelang pemilu sikap politikus tidak mencerminkan hal yang baik kepada masyarakat.

Menurut Sri, masyarakat harus bisa memunculkan pemikiran rasional yang lain. Para akademisi bisa mengambil peran itu lebih besar.

"Jadi (para akademisi) dapat memberikan argumen substantif terhadap segala permasalahan yang ada," ujar Sri Nuryanti dalam diskusi bertajuk “Kampus dan Pemilu 2019” di The Atjeh Connection, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (12/1).

Dalam konteks ini, menurut Sri, diharapkan para akademisi menjadi penyeimbang politikus, terkait informasi yang mengalir ke masyarakat, terutama di ruang publik seperti media sosial. Persoalannya, lanjut Sri, tak banyak mahasiswa yang terlibat aktif dalam praktik politik praktis di Indonesia.

Sementara itu, peneliti Populi Center Afrimadona mengatakan, edukasi politik kepada akademisi saat ini sudah baik. Beberapa akademisi juga sudah terlibat di dunia politik. Namun, sebagaian besar akademisi lainnya masih menjadi penonton dan pengamat dunia politik saja.

"Persoalannya, dalam media sosial itu overflow informasi seringkali mengaburkan banyak pandangan akademisi sebenarnya. Jadi, mereka sering menyebarkan berita yang tidak jelas," ujar Afrimadona, dalam diskusi yang sama.

Lebih lanjut, Afrimadona menuturkan, seharusnya para akademisi dapat lebih aktif lagi di media sosial, untuk dapat mengemukakan gagasan dan juga kritik terhadap politikus. Menurutnya, tingkat kepercayaan masyarakat lebih tinggi kepada akademisi dibandingkan politikus.

“Karena tingkat kredibilitas mereka (akademisi) itu kan lebih tinggi," katanya.

Sponsored

Selain itu, kehadiran akademisi di media sosial dapat menjadi pengingat publik untuk tidak menerima secara langsung argumen yang dilontarkan oleh politikus.

"Minimal mereka mengimbangi aktivitas media sosialnya politikus. Dalam artian, mereka memberikan rasionalitas dari apa yang dikatakan politikus. Agar masyarakat dapat menilai mana yang baik," katanya.

Selain menghadirkan Sri dan Afromadona, diskusi ini juga menampilkan juru bicara capres-cawapres nomor urut 01 Zuhairi Misrawi dan juru biara capres-cawapres nomor urut 02 Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai narasumber.

Berita Lainnya
×
tekid