Capreskan Anies Baswedan, PDIP ogah kembali berkoalisi dengan NasDem

PDIP dan NasDem berkoalisi sejak Pilpres 2014 dengan mengusung Joko Widodo (Jokowi).

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan sambutannya dalam acara deklarasi pencapresannya pada 2024 oleh Partai NasDem di kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, pada Senin (3/10/2022). Twitter/@NasDem

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengisyaratkan takkan kembali berkoalisi dengan Partai NasDem pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pangkalnya, mengusung Anies Baswedan, yang dinilai memainkan politik identitas, sebagai calon presiden (capres).

Politik identitas adalah upaya memolitisasi sebuah idetintas, seperti etnis, suku, budaya, dan agama, guna mendapatkan dukungan dari kelompok yang merasa sama. Politik identitas dikaitkan dengan Anies pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 seiring banyaknya dukungan dari kelompok puritan kepadanya.

"Bagi kami, masjid dan tempat ibadah lainnya adalah 'obor penerang', pembawa kesejukan dan kedamaian, serta ketakwaan. Oleh sebab itu, PDI Perjuangan perlu memastikan mitra koalisinya firm menyangkut hal-hal seperti ini," ujar Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, kepada wartawan, Selasa (11/10).

PDIP berkoalisi dengan NasDem sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014-2019, menyusul keputusan keduanya mengusung Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, NasDem menjadi salah satu penyokong utama sejak jauh-jauh hari. 

Lebih jauh, Said menerangkan, penentuan capres yang diusung PDIP akan ditentukan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Megawati, menurutnya, telah teruji dalam melahirkan pemimpin di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional.