Di balik kencangnya eksodus politisi PSI

Sejak April, satu per satu politikus muda PSI hengkang. Isu konflik di tubuh partai santer terdengar.

Ilustrasi bendera PSI. Alinea.id/Firgie Saputra

Partai Solidaritas Indonesia kembali ditinggalkan oleh pentolan-pentolannya. Pertengahan Desember lalu, Direktur Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat PSI Rian Ernest resmi cabut dari PSI. Rian mengikuti jejak sejumlah politikus PSI lainnya yang telah lebih dahulu mengembalikan kartu keanggotaan. 

Rian mengatakan keputusan untuk mundur dari PSI diambil karena ia merasa sudah saatnya menempa diri di wadah perjuangan yang baru. Ia tak membenarkan atau membantah spekulasi adanya masalah internal yang mengakibatkan banyak pesohor PSI hengkang.  

"Kami punya independensi dalam berpikir, menentukan sikap, dan pilihan. Saya ragu setiap dari kami (politikus PSI) yang pamit punya alasan yang sama," ujar Rian saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Rabu (21/12).  

Rian menepis anggapan yang menyebut ia mundur karena kecewa. Ia justru mengaku merasa berat hati saat memutuskan meninggalkan PSI. Terlebih, parpol yang kini dipimpin Giring Ganesha itu turut membesarkan namanya sebagai politikus. 

"PSI punya kekhasan organisasi dan juga pilihan-pilihan politik. Semuanya punya keunggulan dan kelemahan. Tentu sedikit banyak itu memengaruhi pilihan saya," katanya.