Isu daftar pemilih ganda dituding bermuatan politis

Data yang disampaikan kubu Prabawo-Sandi disebut kerap berubah-ubah dengan cepat.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman (kiri) bersama Komisioner KPU Viryan (tengah) dan Ilham Saputra (kanan) memimpin rapat pleno rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap ( DPT) tingkat nasional di KPU, Jakarta, Rabu (5/9)/ Antara Foto

Bergulirnya isu adanya  pemilih ganda dalam Daftar Pemilih Sementara yang dihembuskan oleh kubu Prabowo-Sandiaga Uno, menuai beragam komentar dari berbagai pihak. Ada yang beranggapan data tersebut rawan disalahgunakan, namun ada pula yang menyangsikan data tersebut.

Politisi PDI-Perjuangan Masington Pasaribu menilai, isu daftar pemilih ganda tersebut sangat bermuatan politis. Pasalnya, data yang disampaikan kubu Prabawo-Sandi kerap berubah-ubah dengan cepat, tanpa data yang konsisten.

"Jumlah berubah bukan dari KPU, tapi dari partai pendukung Prabowo-Sandiaga Uni. Dalam hitungan hari data-data itu berubah-ubah, tadinya 25 juta, terus terakhir jadi 8 juta. Jadi, saya melihat ada motif politik," paparnya, Jumat (14/9).

Isu itu diduga sengaja digulirkan untuk mendegradasi hasil pemilu. Jika pasangan Prabawo-Sandi mengalami kekalahan, data tersebut dijadikan alasan untuk tak menerima hasil pemilu. "Mungkin mereka sudah siap-siap kalah," sambungnya.

Di sisi lain, Peneliti The Indonesian Institute Fadel Basrianto memandang, kejadian pemilih ganda seharusnya tak terjadi. Dengan adanya data tunggal yang terwujud dalam KTP-el, sangat kecil kemungkinannya terjadi pemilih ganda.