Lika-liku Ibu Kota: Rona Anies memimpin Jakarta

Anies akan genap tiga tahun memimpin Jakarta pada 16 Oktober mendatang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Alinea.id/Oky Diaz

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, akan genap tiga tahun memimpin Ibu Kota pada 16 Oktober 2020. Seperti rezim sebelumnya, jalannya roda pemerintahan di bawah komandonya juga sarat kontroversi dan tak jarang “memancing” polemik di media sosial. Perdebatan pertama mengenai pidatonya di Balai Kota usai dilantik di Istana Negara.

Pidato perdananya tersebut membuat geger lantaran menyebut “pribumi”. Mestinya diksi ini tak dilontarkan mengingat telah dilarang dan diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 26 Tahun 1998–yang diteken Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Seiring waktu, daftar kontroversi terus bertambah karena laku, kebijakan, hingga dinamika politik. “Tambunnya” Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP); pergantian wakil gubernur; penutupan jalan di Tanah Abang, Jakarta Pusat; trotoar dicat warna-warni; penutupan Alexis; dan pengadaan lidah mertua.

Lalu revitalisasi Monas dan Taman Ismail Marzuki (TIM); pengadaan ornamen di Bundaran Hotel Indonesia (HI); Formula E; penyetopan dan pemberian izin reklamasi pantai utara (pantura); pembangunan kampung susun Akuarium, Jakarta Utara; dan tingginya kasus penularan coronavirus baru (Covid-19); misalnya.

Di sisi lain, Anies berhasil meraih beberapa anugerah selama menjadi DKI-1, seperti pemprov dengan komitmen tinggi terhadap pelaksanaan pembinaan sosial bagi anak jalanan dari Kemensos, penyelenggara PTSP Provinsi Terbaik III dari BKPM, Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik dari KPK, dan Best Achiever Jakarta in Regional Leader versi Men's Obsession pada 2018.