Membaca panggung politik baru Ganjar pasca-Pilpres 2024

Ganjar harus punya jabatan strategis jika ingin merawat elektabilitasnya hingga lima tahun ke depan.

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengunjungi ulama Abuya Muhtadi di kediamannya di Cidahu, Pandeglang, Banten, akhir Februari 2024. /Foto Instagram @ganjar_pranowo

Karier politik Ganjar Pranowo potensial meredup setelah kalah telak di Pilpres 2024. PDI-Perjuangan (PDI-P) perlu menyiapkan strategi supaya popularitas dan elektabilitasnya tetap tinggi di kalangan masyarakat. Apalagi, peluang Ganjar untuk memegang jabatan publik kecil jika PDI-P memutuskan jadi oposisi di parlemen. 

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarak menilai Ganjar perlu memegang jabatan strategis di parpol demi memastikan pamornya tak redup. Menurut Zaki, Ganjar masih berpeluang untuk maju kembali menjadi salah satu kandidat di pentas pilpres berikutnya. 

"Jabatan sekretaris jenderal (sekjen), saya kira, layak untuk diamanahkan ke Ganjar, menggantikan Hasto (Kristiyanto). Hasto sendiri sudah cukup lama menjabat sekjen," kata Zaki kepada Alinea.id, Kamis (7/3).

Sejauh ini, pasangan Ganjar-Mahfud hanya meraup 16,30% suara atau yang terbuncit di Pilpres 2024. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) mendominasi dengan raupan 58,45% suara, diekor pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang memperoleh 25,25% suara. 

Raihan itu tergolong buruk bagi Ganjar. Pasalnya, raihan suara Ganjar-Mahfud tak jauh berbeda dengan raihan suara PDI-P, yakni pada kisaran 16%. Jauh sebelum resmi didapuk jadi kandidat presiden, Ganjar sempat jadi sosok capres dengan elektabilitas tertinggi jika dibandingkan Prabowo dan Anies.