Menanti figur muda dalam pertarungan politik nasional

Partai politik di Indonesia berada dalam dilema menyoal regenerasi. Ketokohan dianggap menjadi variabel yang penting untuk mengatur partai.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merupakan politikus yang digadang-gadang akan muncul dalam kancah pertarungan politik nasional di masa depan. /Antara Foto.

Pertarungan di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, khususnya Pemilihan Presiden (Pilpres), masih didominasi wajah lama. Pertarungan ini bisa dibilang ronde kedua antara Joko Widodo melawan Prabowo Subianto, yang mengulang Pilpres 2014 lalu.

Melihat kondisi ini, sepertinya partai politik, yang menjadi kendaraan bagi calon presiden dan calon wakil presiden bertarung di arena Pilpres, tak punya regenerasi. Namun, yang perlu dicermati, sejumlah tokoh muda muncul sebagai juru kampanye, ketua partai baru, dan kepala daerah.

Dilema regenerasi

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, partai-partai politik di Indonesia masih belum siap dalam hal regenerasi. Dia menuturkan, sistem yang ada di beberapa partai politik Indonesia masih didominasi patrimonialisme—sistem bentukan hubungan dari sang patron atau induk dengan client atau anak buahnya—tergantung pada figur yang memimpin.

“Padahal regenerasi di partai politik itu kan sangat urgen dan krusial,” kata Wasisto, saat dihubungi reporter Alinea.id, Rabu (26/12).