Pengamat ungkap kejanggalan data tim 02

Sebagai contoh, pada data sampel wilayah DKI Jakarta, tim Prabowo-Sandi menulis sebesar 13% dari total keseluruhan suara nasional.

Petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melakukan rekapitulasi surat suara Pemilu 2019 saat sidang pleno terbuka di Panitia Pemilihan Kecamatan, Desa Pango, Kecamatan Ulee Kareueng, Banda Aceh, Rabu (25/4)./AntaraFoto

Direktur Ekstekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo menilai, kubu Prabowo-Sandi tengah melakukan propaganda untuk melakukan delegitimasi hasil pemilu dengan melakukan hasil hitung cepat yang tidak proporsional.

Hal itu dapat dilihat dari jumlah data sampel TPS  yang masuk ke tim Prabowo-Sandi, yang berbeda dengan besaran sampel lembaga survei yang melakukan hitung capat pemungutan suara. "Hal ini membuat hasilnya menjadi bias," katanya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta, Kamis (25/4).

Sebagai contoh, pada data sampel wilayah DKI Jakarta, tim Prabowo-Sandi menulis sebesar 13% dari total keseluruhan suara nasional. Padahal DKI Jakarta hanya 2% dari total suara nasional.

"Secara nasional itu kan cuma 2% dari total jumlah dari pemilih Indonesia, sementara data yang masuk ke data mereka itu 13%. Ada lagi yang tidak sesuai dengan besaran wilayah," katanya. 

Kejanggalan lainnya terlihat dari web tim Prabowo-Sandi. Di mana jumlah besaran suara per wilayah tak sesuai dengan suara sampel yang digunakan KPU.