Puja-puji koalisi ke Jokowi, anggota DPD RI singgung kejatuhan Soeharto

Ketika pujian elite parpol terjadi dalam sebuah pertemuan di Istana, maka tafsirannya berbeda.

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan (kiri) bersama Presiden Joko Widodo sebelum pandemi/Foto BPMI Setpres Rusman.

Anggota Komite I DPD RI, Abdul Rachman Thaha menyoroti pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan tujuh pimpinan partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintah di Istana Negara, beberapa waktu lalu. Menurutnya, pertemuan yang diwarnai pujian kepada Jokowi terkait penanganan pandemi Covid-19 itu seolah menguatkan simpulan banyak pihak bahwa oligarki politik semakin menjadi-jadi di negeri ini.

"Saya memandang pertemuan dan pesta puja-puji di Istana itu sebagai wujud tidak proporsionalnya para elite koalisi dalam memosisikan diri. Mereka abai terhadap siapa diri mereka dan peran apa yang seharusnya mereka mainkan di kantor tempat kepala negara sekaligus kepala pemerintahan bekerja," kata Abdul kepada Alinea.id, Kamis (2/9).

Abdul mengatakan, sah-sah saja para elite partai koalisi ini menilai Jokowi berhasil dalam penanganan situasi pandemi. Namun, ketika puja-puji itu dilakukan dalam sebuah pertemuan di Istana, maka tafsirannya akan berbeda.

"Di Istana, Jokowi adalah Presiden. Presiden bagi semua pihak dan semua parpol. Termasuk kalangan dan parpol yang mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah. Dengan statusnya sebagai presiden bagi semua tersebut, maka seharusnya bukan hanya parpol pendukung saja yang semestinya diundang ke Istana. Parpol oposisi pun seharusnya diundang," ujar dia.

Menurut Abdul, sebagai presiden, Jokowi sepantasnya tidak hanya menyediakan waktu secara khusus bagi puja-puji. Waktu khusus bagi kritik oposisi pun sewajarnya diadakan pula di Istana. Dan Jokowi selaku presiden juga bagi kalangan oposisi pun harus mau menyimaknya.