Teluk Jakarta tercemar parasetamol, PKS: Bukti buruknya pengelolaan limbah farmasi

Pengelolaan limbah farmasi harus menjadi perhatian pemerintah, apalagi saat pandemi di mana konsumsi obat-obatan meningkat.

Foto ilustrasi/Pixabay

Tingginya kadar parasetamol di Teluk Jakarta dinilai menunjukkan buruknya pengelolaan limbah farmasi. Pengelolaan limbah farmasi harus menjadi perhatian pemerintah, apalagi  pada saat pandemi, di mana konsumsi obat-obatan meningkat yang berdampak pada tingginya limbah.

"Tentu berbahaya bagi kehidupan biota laut  dan juga manusia yang mengonsumsi makanan dari laut. Kondisi ini menunjukkan cara  pengelolaan limbah farmasi yang buruk dan tidak tertata dengan baik,"  kata Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani dalam keterangan tertulis, Senin (4/10/2021).

Untuk itu, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mendorong pemerintah agar mengatur tata kelola limbah farmasi dengan tegas, terutama pengelolaan limbah cair, baik yang diproduksi rumah tangga maupun pabrik.

"Sikap tegas diperlukan agar tidak berdampak buruk pada kerusakan lingkungan. Harus ada sanksi bagi rumah tangga,  apartemen, industri dan lain-lain yang membuang  limbah cair  sembarangan," bebernya.

Pemerintah, sambungnya, juga harus melakukan edukasi kepada publik terkait pemakaian produk farmasi yang benar. "Edukasi dan sanksi akan membuat  masyarakat lebih bertanggung jawab soal pengelolaan limbah. Sisa obat yang tidak  digunakan tidak boleh dibuang sembarangan," urai Netty.