Tiga skenario pilpres 2019, siapa ‘Kuda Hitam’?

Pada 4 Agustus 2018, pendaftaran pasangan capres-cawapres dimulai. Apapun skenario pilpres, akan berimbas pada nasib Indonesia mendatang.

Konferensi pers hasil survei Indobarometer tentang skenario pilpres 2019 digelar hari ini, Kamis (15/2)/ Purnama Ayu/ Alinea

Januari lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak uji materi pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pasal ini mengatur tentang ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) yang harus dipenuhi parpol atau gabungan parpol saat mengusung calon presiden (capres), yakni minimal 20% kursi DPR. Karena tahun ini pilpres dan pilkada digelar serentak, maka penentuan kursi menggunakan hasil dari pemilihan legislatif 2014. Alhasil, dari sekarang sudah bisa dipetakan skenario yang mungkin terjadi pada pilpres 2019 mendatang.

Lembaga survei Indobarometer menyusun tiga skenario yang terjadi, berdasarkan survei teranyarnya tanggal 23 sampai 30 Januari 2018. Survei ini sekaligus memotret konstelasi calon ditinjau dari aspek psikologis, ideologis, dan kompetensi khusus yang dimiliki masing-masing kandidat. Yang menarik, tiga skenario ini selalu menempatkan presiden incumbent sebagai opsi utama.

Skenario pertama yakni pilpres hanya akan mengulang pertandingan usang layaknya pesta demokrasi 2014 lalu. Jokowi dan Prabowo diperkirakan akan bertanding ulang dengan mengusung cawapres dengan 11 varian simulasi. Skenario ini muncul seiring dengan perang wacana dan koalisi pilkada yang sudah mulai teraba. Sejumlah nama yang diperkirakan bersanding dengan Jokowi antara lain Gatot Nurmantyo (38,4%), Tito Karnavian (37%), Budi Gunawan (34,6%), Sri Mulyani Indrawati (36,8%), dan Agus Harimurti Yudhoyono (38,6%). Sementara Prabowo diduga akan berkongsi dengan Anies Baswedan, dengan rata-rata keterpilihan sebanyak 22%.

Dalam skenario pertama, Prabowo memang lebih condong menggandeng Gubernur Jakarta tersebut. “Figur Anies dipandang paling kuat jika ingin menjegal Jokowi di kontestasi pilpres. Alasannya, ia diuntungkan dari posisinya sebagai orang nomor satu di Jakarta, di mana semua media berburu berita tentangnya, semua kebijakan pun disorot. Ini semakin menguatkan hipotesis kami, bahwa kuda hitam yang dimaksud dalam pilpres 2019 adalah Anies Baswedan,” ujar Direktur Eksekutif Indobarometer, Muhammad Qodari, Kamis (15/2) di Hotel Century Park, Jakarta.

Hal ini dibantah Aryo Djojohadikusumo, anggota komisi VII DPR, sekaligus politisi Gerindra. Menurutnya skenario apapun masih dimungkinkan, tak harus sosok Anies Baswedan yang mendampingi. Pun bisa jadi, Prabowo tak maju lagi dalam pilpres 2019.