Ugal-ugalan lembaga survei: Serang kandidat lawan, unggulkan 'klien'

Lembaga-lembaga survei tak seharusnya berperan sebagai perusahaan jasa pembentukan opini publik.

Pendukung pasangan Prabowo-Gibran memasang sejumlah baliho 'Pilpres 1 Putaran' di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (14/11). Alinea.id/Farid/Faisal

Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) Sunanto mengaku heran melihat isi hasil survei Indo Barometer yang dirilis belum lama ini. Pria yang akrab disapa Cak Nanto itu kaget lembaga survei itu mencoba mengukur intelektualitas seseorang dengan menggunakan persepsi publik. 

"Sehingga, menurut saya, survei semacam itu sangat membunuh karakter. Saya yakin masyarakat juga sudah memahami kapasitas sekelas profesor memiliki integritas dan tidak rendah intelektualnya," ucap Cak Nanto kepada Alinea.id, Rabu (22/11).

Sigi Indo Barometer merekam sejumlah alasan publik memilih cawapres. Kepintaran tokoh jadi salah satu alasan yang diungkap sekitar 16,6% responden. Pada aspek ini, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, unggul ketimbang cawapres lainnya. 

Gibran dipersepsikan 37,6% responden punya atribut kecerdasan dan intelektualitas tertinggi. Menkopolhukam Mahfud MD yang kini jadi pendamping Ganjar Pranowo nongkrong pada posisi kedua dengan 23,3%. Mahfud meraih gelar profesor saat usia 41 tahun. Di posisi paling bontot, Muhaimin Iskandar, pendamping Anies Baswedan, meraup 18%. 

Indo Barometer merupakan lembaga survei besutan Muhammad Qodari. Pada 2021, bersama Seknas JokPro, Qodari mengusulkan perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga tiga periode. Ia meyakini wacana itu bisa direalisasikan lewat amandemen konstitusi.