sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

5 hal yang perlu diketahui dari kasus Evergrande

Dalam beberapa tahun terakhir, utang Evergrande terus menggelembung karena meminjam untuk membiayai berbagai bisnisnya.

Zulfikar Hardiansyah
Zulfikar Hardiansyah Selasa, 21 Sep 2021 21:33 WIB
5 hal yang perlu diketahui dari kasus Evergrande

Persoalan potensi gagal bayar utang yang dialami perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande, menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. 

Banyak ahli menilai, jika persoalan yang menimpa Evergrande merupakan ujian terberat bagi China. Masalah ini dinilai juga akan berisiko menimbulkan krisis ekonomi seperti pada momen Lehman Brothers.

Melansir CNN (21/9), Evergrande harus membayar bunga utang atas beberapa pinjaman pada bank dengan total USD 100 juta (sekitar Rp1,4 triliun). Sementara itu, bunga tersebut sebenarnya harus sudah dibayarkan pada Senin kemarin.

Tapi menurut kantor berita setempat, Otoritas China dikabarkan mengungkapkan, pada bank-bank besar terkait apabila Evergrande tidak dapat melakukan pembayaran tersebut. Untuk mengikuti lebih lanjut mengenai persoalan Evergrande, berikut 5 hal yang perlu diketahui. 

Latar belakang Evergrande dan jejaring bisnisnya

Evergrande adalah salah satu pengembang real estate terbesar di China, yang juga menjadi bagian dari Global 500. Ini berarti Evergrande juga merupakan salah satu perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia.  

Evergrande berbasis di Shenzhen memiliki saham yang terdaftar di Hong Kong. Dengan mempekerjakan sekitar 200.000 orang, Evergrande telah membantu menyerap lebih dari 3,8 juta pekerja tiap tahun.

Kemudian, Evergrande didirikan oleh miliarder asal China, Xu Jiayin, yang kerap membanggakan jika ia memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di seluruh. Di luar perumahan, Evergrande juga memiliki investasi bisnis dalam kendaraan listrik, olahraga, dan taman hiburan.

Sponsored

Evergrande juga bahkan bisnis makanan dan minuman, menjual air minum kemasan, produk susu, dan sebagainya di seluruh China.

Tak hanya itu, pada 2010, perusahaan juga telah membeli tim sepak bola, yang sekarang dikenal sebagai Guangzhou Evergrande dan mendirikan sekolah sepak bola dengan biaya USD 185 juta.

Selain mendirikan sekolah sepakbola, Guangzhou Evergrande juga sedang membangun stadion yang mampu menampung 100.000 penonton dengan total biaya sebesar USD 1,7 miliar. 

Kemudian, perusahaan juga memiliki bisnis taman hiburan, Evergrande Fairyland, yang mana juga tengah membangun pusat hiburan di daerah Hainan.

Utang Evergrande yang terus menggelembung

Dalam beberapa tahun terakhir, utang Evergrande semakin menggelembung karena meminjam untuk membiayai berbagai bisnisnya. Evergrande saat ini menjadi perusahaan bereputasi buruk di China dengan total utang mencapai lebih dari USD 300 miliar.

Dengan total utang Evergrande, perusahaan telah mengumumkan pada investor terkait arus transaksi yang macet karena gagal bayar. Evergrande mengatakan, jika gagal bayar itu karena mereka tidak dapat mengumpulkan uang dengan cepat.

Peringatan tersebut telah dikeluarkan perusahaan minggu lalu, ketika Evergrande mengungkapkan dalam pengajuan bursa bahwa tengah mengalami kesulitan menemukan pembeli untuk beberapa asetnya.

Sementara itu, menurut para ahli, kondisi Evergrande yang terpuruk disebabkan ambisi agresif perusahaan dalam mengembangkan bisnis. Mereka mengatakan, jika Evergrande telah menyimpang jauh dari bisnis intinya.

"Evergrande menyimpang jauh dari bisnis intinya, yang merupakan bagian dari bagaimana mereka masuk ke dalam kekacauan ini," kata Mattie Bekink, Director of Economic Intelligence Unit di wilayah bagian China.

Sementara itu, seorang analis, Goldman Sachs menyatakan, apabila struktur perusahaan yang kompleks dan kurangnya informasi tentang aset serta kewajiban perusahaan, menjadi salah satu penyebab krisis yang dialami Evergrande.

Persoalan Evergrande ini bukan merupakan hal baru. Tahun lalu, banyak perusahaan milik negara China gagal membayar pinjaman dan telah meningkatkan kekhawatiran tentang ketergantungan China pada investasi berbasis utang untuk mendukung pertumbuhan.

Usaha Evergrande lepas dari lilitan utang

Pada 14 September 2021 lalu, Evergrande telah mengumumkan jika akan menyewa penasihat keuangan untuk membantu mengatasi situasi krisis utang yang harus dihadapi perusahaan.

Meski penasihat keuangan tersebut ditugasi untuk mencari beragam solusi yang bisa dieksekusi secara cepat, tapi Evergrande telah diberi peringatan jika tidak ada garansi atas solusi yang ditawarkan.

Di dalam dokumen yang diserahkan kepada pihak bursa, menunjukkan bahwa tidak ada kemajuan materian terkait penyelesaian masalah kepada investor. Selain itu, dokumen juga menunjukkan juga tidak ada yang pasti apakah Evergrande dapat melakukan penjualan aset mereka.

Dalam hal penjualan aset, Evergrande juga telah mencoba untuk menjual gedung menara milik perusahaan yang berlokasi di Hong Kong. Perlu diketahui, gedung tersebut dibeli oleh perusahaan pada 2015 seharga USD 1,6 miliar.

Nasib investor dalam krisis Evergrande

Minggu lalu, terjadi unjuk rasa para investor di kantor pusat Evergrande, Shenzen. Dalam sebuah rekaman yang dipublikasikan oleh Reuters, terlihat para pengunjuk rasa menemui perwakilan dari perusahaan

Dengan kasus lilitan utang yang menimpa Evergrande, investor sebenarnya telah dihadapkan pada kecemasan selama berbulan-bulan. Kecemasan itu terkait nilai saham Evergrande yang hilang sebesar 80% tahun ini.

Selain itu, obligasi perusahaan juga mengalami penurunan peringkat kredit yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga pemeringkat kredit global. Awal bulan ini, Fitch dan Moody's Investors Service telah menurunkan peringkat kredit obligasi Evergrande karena masalah likuiditas yang dihadapi perusahaan.

Masalah krisis gagal bayar yang menimpa Evergrande juga turut membuat resah di kalangan investor China secara keseluruhan.  Indeks saham Hang Seng pada perdagangan Senin (20/9) kemarin mengalami penurunan sebesar 3,3%.

Penurunan ini menjadi yang terburuk selama dua bulan terakhir, saham perbankan, perusahaan asuransi, dan perusahaan real estate lainnya harus terkena imbas atas krisis ini.

Masa depan Evergrande

Para analis sejauh ini mengharapkan agar pemerintah China campur tangan untuk membatasi dampak jika Evergrande gagal bayar. Selain itu, mereka juga telah meminta agar otoritas bisa mengawasi dengan ketat persoalan Evergrande.

Pekan lalu, Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik Nasional China, telah mengakui jika terdapat persoalan terkait utang yang melilit Evergrande, meski tidak secara langsung menyebut nama perusahaan itu. 

Sementara itu, Fu menerangkan, bahwa pasar real estate China akan tetap stabil tahun ini tetapi dampak dari peristiwa baru-baru ini terhadap perkembangan seluruh industri, perlu untuk diperhatikan.

Pada kesempatan yang lain, Williams dari Capital Economics memperkirakan jika bank sentral China akan turun tangan dengan dukungan likuiditas apabila kekhawatiran gagal bayar terjadi.

Kemudian pada Selasa lalu, Bloomberg mengutip sumber anonim yang mengatakan bahwa pemangku kebijakan China telah meminta firma hukum internasional King & Wood Mallesons, untuk memeriksa keuangan Evergrande. Tapi, pihak King & Wood Mallesons menolak untuk berkomentar.

Menurut laporan itu, para pejabat di provinsi asal Evergrande, Guangdong, telah menolak permintaan dana talangan dari pihak perusahaan. Sementara itu, pihak berwenang Guangdong dan Evergrande tidak menanggapi permintaan komentar.

Di sisi lain, terdapat beberapa pihak yang menilai apabila Evergrande sudah tidak dapat diselamatkan. Masalah keuangan Evergrande dijuluki oleh media China sebagai lubang hitam besar karena tidak ada jumlah uang yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.

"Kami pada akhirnya berharap bahwa pemerintah akan campur tangan dalam kasus Evergrande, karena tidak akan membiarkan default perusahaan menyebar ke sistem perbankan," kata Bekink.

Berita Lainnya
×
tekid