Asian Games dan IMF-World Bank Forum tak dongkrak ekonomi
BPS mencatat Asian Games, Asian Para Games, hingga IMF-World Bank meeting, tak mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perhelatan internasional seperti Asian Games, Asian Para Games, hingga IMF-World Bank meeting, tak mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, untuk acara perhelatan tersebut, dari perhitungannya masuk ke dalam perhitungan ekspor barang dan jasa. Adapun ekspor barang jasa selama 2018 hanya tumbuh 6,48%, melambat dibandingkan 2017 yang tumbuh 8,91%.
Menurut pria yang akrab disapa Kecuk ini, selisih nilai ekspor dan impor (net ekspor) 2018 juga menunjukan defisit 0,99%. Ini merupakan pertama kalinya sejak 2016. Adapun pada 2016, net ekspor surplus 0,13% dan pada 2017 surplus 0,31%.
"Net ekspor yang negatif itu faktor penekan ekonomi ke bawah. Ke depannya kami berharap implementasi dari kebijakan mendorong ekspor, termasuk B20 ke depannya menjadi lebih bagus," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (6/2).
Kendati demikian, dampak dari perhelatan internasional itu meningkat dari kedatangan wisatawan mancanegara, yang dinilai turut mendorong ekspor jasa.
"Ekspor barang 4,18%, ekspor jasa 5,64%, tinggi karena seiring peningkatan jumlah wisman kegiatan Annual Meeting IMF, Asian Games, Para Games tercermin ekspor barang dan jasa," imbuhnya.
Kecuk mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekspor memang dibutuhkan waktu, dan harus dirancang dan dimulai dari sekarang. Hal itu guna mendorong daya saing industri, khususnya di Industri Pengolahan.
Adapun industri pengolahan sepanjang tahun 2018 tercatat melambat menjadi 4,27%, dari tahun sebelumnya sebesar 4,29%.
Dilihat lebih rinci, subsektor industri pengolahan, industri makanan dan minuman perlu didorong karena memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB.
Sepanjang 2018, pertumbuhan industri makanan dan minuman juga melambat menjadi 7,91%, dari sebelumnya di 2017 sebesar 9,23%.
"Kalau dari subsektornya ini yang paling besar share-nya itu makanan dan minuman, jadi ini perlu didorong," kata dia.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan IV-2017 tumbuh 5,18% (y-on-y). Sedangkan triwulan IV-2018 dibanding triwulan III-2018 mengalami penurunan 1,69% (q-to-q).#RilisBPS pic.twitter.com/Nh4MYVTzIl — Badan Pusat Statistik (@bps_statistics) February 6, 2019