sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BBCA hingga ASII, rekomendasi saham di tahun pemilu

Tahun 2024 masih diselimuti oleh ketidakpastian geopolitik global dan politik dalam negeri. Saham mana yang menjadi rekomendasi?

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Kamis, 25 Jan 2024 19:43 WIB
BBCA hingga ASII, rekomendasi saham di tahun pemilu

Tahun 2024 masih diselimuti oleh ketidakpastian. Eskalasi konflik di Timur Tengah, imbas genosida yang dilakukan Israel terhadap Gaza dinilai akan berdampak pada pelemahan ekonomi global 2024.

Berbagai pihak memperkirakan pertumbuhan ekonomi lesu. Bank Dunia alias World Bank dalam laporan Global Economic Prospect, memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya 2,6% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 2,4% untuk tahun 2024. Selain itu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan ekonomi dunia bakal melambat dari 3% menjadi 2,9% di tahun ini. 

Kemudian, dalam acara Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), bank sentral Indonesia juga meramal, ekonomi global akan tumbuh melambat, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan.

“Ekonomi global diperkirakan tumbuh 3% pada 2023 dan melambat menjadi 2,8% pada 2024,” beber Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (17/1) lalu. 

Di Indonesia, ketidakpastian pasar uang juga dipengaruhi oleh pemilihan umum (Pemilu) 2024. Mirae Asset Sekuritas melihat, isu soal pelanggaran kode etik yang dilakukan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman dalam pembuatan keputusan untuk meloloskan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil presiden (cawapres) adalah salah satu yang banyak mendapat sorotan masyarakat, termasuk investor. 

Tidak hanya itu, hingga berlangsungnya debat pemilihan presiden (pilpres) keempat pada Minggu (21/1) kemarin juga belum bisa memunculkan satu nama pasangan calon (paslon) yang diduga kuat akan lolos dalam putaran pemilu 14 Februari nanti. “Hasil survei terbaru menunjukkan belum ada satu kandidatpun yang mendominasi dengan lebih dari 51% perolehan suara. Mungkin kemarin ada yang mempublikasikan ada yang mencapai 52%, tapi lebih banyak mungkin di bawah 51%,” kata Head of Research Mirae Asset Robertus Hardy, di Jakarta, Rabu (24/1). 

Dengan segala kisruh yang terjadi menjelang Pemilu 2024, dia melihat ketidakpastian politik dalam negeri masih akan berlanjut hingga putaran kedua agenda lima tahunan ini, yang diperkirakan akan dilangsungkan pada Juli 2024. Dengan catatan, belum ada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memenangkan suara mutlak di putaran pertama. 

IHSG loyo?

Sponsored

Sementara itu, secara historis, pesta demokrasi akan membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah. Penyebabnya, para investor sedang menunggu kepastian soal siapa presiden yang bakal memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

Kondisi tersebut berbeda jika dibandingkan pada tahun kritis 2019. Pada saat itu, IHSG dapat kembali mengalami penguatan. Juga saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan sanksi berupa kenaikan tarif impor sebesar 25% pada barang-barang asal China. Demikian juga pada 2008 saat terjadi krisis keuangan dunia.

“Tren IHSG baru mengalami pembalikan, bahkan rally (meningkat tajam) setelah adanya kejelasan hasil pemilu. Dan ke depan, bagaimana 2024 ini kita melihat bahwa kemungkinan tren ini masih akan bisa terus berlanjut,” imbuh Robert. 

Terpisah, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengungkapkan, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah jauh lebih rendah dibanding valuasi rata-rata selama sepuluh tahun belakangan. Perlu diketahui, karena kondisi ekonomi dan ketidakpastian geopolitik yang telah terjadi di akhir 2023, pasar modal domestik tahun lalu diwarnai aksi arus keluarnya dana investor asing (capital outflow) senilai Rp6 triliun.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, nilai transaksi harian saham Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tahun lalu turun menjadi sekitar Rp11 triliun per hari, dari sebelumnya Rp 15 triliun per hari pada 2022. 

Di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi dunia, serta politik dalam negeri, aktivitas perekonomian di tahun pemilu dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diprediksi dapat memperbaiki konektivitas antara kondisi makro ekonomi Indonesia dengan aliran likuiditas ke pasar saham nasional.

“Latar belakang makro yang lebih positif bagi dunia investasi menjelang peralihan kebijakan moneter global ke arah yang lebih akomodatif pada tahun 2024 memberikan katalis positif yang dapat membuka peluang valuasi saham dihargai lebih tinggi,” jelas Samuel, dalam keterangannya kepada Alinea.id, dikutip Kamis (25/1). 

Selain itu, optimisme di pasar modal juga diharapkan muncul dari potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, yang apabila hal ini dilakukan dapat meningkatkan stabilitas rupiah. Sementara potensi penurunan suku bunga ini, meski belum dimulai bank sentral, telah disampaikan komitmennya oleh Gubernur BI Perry Warjiyo setiap bulannya, dalam paparan Hasil Rapat Dewan Gubernur BI. 

“Siklus penurunan suku bunga BI nantinya akan mengikuti perkembangan The Fed (The Federal Reserve/Bank Sentral Amerika Serikat), pergerakan rupiah, dan arus masuk modal. Penyesuaian akan dilakukan secara bertahap. Secara historis, siklus penurunan suku bunga BI dimulai setelah tingkat suku bunga riil mencapai sekitar 3%,” ramal Senior Portfolio Manager Equity MAMI Katarina Setiawan. 

Berita Lainnya
×
tekid