Memutus dilema harga beras: Mencari titik temu perlindungan petani dan konsumen
Harga beras yang naik sejak tahun lalu perlu distabilikan agar daya beli konsumen terjaga. Catatannya, bagaimana keuntungan petani terjamin.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Jawa Tengah mendata, sebanyak 1.200 hektare sawah di Sragen terendam banjir sejak Rabu (1/3) malam. Akibat genangan air di 10 wilayah ini, padi yang sudah siap panen di beberapa wilayah diperkirakan membusuk dan bakal menghasilkan beras menguning. Tidak hanya itu, panen raya yang diperkirakan akan datang sebentar lagi pun terancam gagal.
Dengan kondisi ini, para petani di salah satu sentra beras nasional khawatir harga beras akan turun lebih dalam dari harga sekarang. Pasalnya, banyak padi roboh setelah terendam banjir. Padahal, harga gabah dari padi roboh jika dijual ke pedagang atau tengkulak keliling bakal dihargai sangat rendah.
"Harga gabah yang terendam (air) enggak cuma turun, tapi anjlok," kata petani Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen Giyoto, saat dikonfirmasi Alinea.id, Sabtu (4/3).
Harga gabah di lahan berukuran satu pathok atau sekitar 3.300 meter persegi misalnya, hanya akan dihargai tak lebih Rp6 juta. Karena itu pula, dirinya dengan dibantu keluarga berusaha mengikat beberapa tanaman padi agar kembali tegak.
"Harapannya harganya bisa sedikit lebih tinggi," imbuhnya.
Jika harga gabah benar-benar anjlok, kondisi ini bakal memukul petani yang tengah panen. Menurut data Kementerian Pertanian, harga gabah pada Januari 2023 masih di kisaran Rp6.100-Rp6.300, namun awal bulan ini harganya turun menjadi Rp5.200 per kilogram (kg).
Sementara sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga rata-rata gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp5.711,00 per kg, turun 2,16% dari Januari 2023. Sedangkan di tingkat penggilingan harga gabah kering giling (GKG) Rp5.856 atau turun 1,96% dibandingkan bulan sebelumnya.
Untuk GKG di tingkat petani rata-rata dihargai Rp6.436,00 per kg atau turun 0,99% dan di tingkat penggilingan Rp6.557,00 per kg, turun 0,88%. Kemudian harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp5.431,00 per kg atau naik 5,18% dan di tingkat penggilingan Rp5.550,00 per kg, naik 5,03%.
Sama halnya dengan Giyoto, Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwidjono Hadi Darwanto memperkirakan, dengan terjadinya banjir di sejumlah wilayah, harga gabah bisa lebih turun lagi. Hal ini menjadi ironis, karena ketika harga gabah anjlok, harga beras justru masih bertahan tinggi.
"Harga beras cenderung akan turun, karena panen raya, tapi kemungkinan panen raya akan kurang baik hasilnya karena banjir dan banyak hujan. Jadi harga beras juga mungkin tetap tinggi, dengan harga gabah rendah" jelas Dwidjono saat dihubungi Alinea.id, Senin (6/3).
Mengutip BPS, rata-rata harga beras kualitas premium di 877 penggilingan di 31 provinsi pada sepanjang Februari 2023 senilai Rp11.818 per kg, naik 4,17% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp11.301 per kg atau naik 4,62% dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan senilai Rp10.468 per kg atau naik sebesar 2,35%. Dibandingkan Februari 2022, rata-rata harga beras di penggilingan pada Februari 2023 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing naik sebesar 20,26%, 20,75%, dan 15,52%.
Menurut Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Maino Dwi Hartono, tren harga beras mengalami kenaikan terjadi sejak Juli 2022 dan berlanjut sampai saat ini. Berdasarkan data Sistem Pantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), pada Juli rata-rata harga beras premium nasional di pasar tradisional tercatat senilai Rp12.400 per kilogram, sementara rata-rata harga beras medium sebesar Rp10.400 per kilogram.
Pada Jumat (3/3), rata-rata harga beras premium secara nasional naik menjadi Rp13.470 per kg, sedang rata-rata harga beras medium sebesar Rp11.780 per kilogram. "Sampai hari ini harga beras masih tinggi, tapi kecenderungannya sudah agak melandai," ujar Maino dalam webinar "Efektivitas SPHP sebagai Stabilisator Pasokan dan Harga Beras", Jumat (3/3).
Tren ini membuat sumbangan beras terhadap inflasi turut membengkak, yakni sebesar 0,32% pada inflasi Februari yang sebesar 5,47% (year on year/yoy). Sementara pada Januari 2023, beras menyumbang inflasi sebesar 0,24%.
Rata-rata harga beras nasional 2022-Maret 2023
Periode |
Rata-rata Harga Beras Premium Nasional (Rp/Kg) |
Rata-rata Harga Beras Medium Nasional (Rp/Kg) |
Januari 2022 |
12.400 |
10.400 |
Februari 2022 |
12.400 |
10.400 |
Maret 2022 |
12.400 |
10.400 |
April 2022 |
12.400 |
10.400 |
Mei 2022 |
12.400 |
10.400 |
Juni 2022 |
12.400 |
10.400 |
Juli 2022 |
12.400 |
10.400 |
Agustus 2022 |
12.500 |
10.500 |
September 2022 |
12.600 |
10.600 |
Oktober 2022 |
12.800 |
10.800 |
November 2022 |
12.800 |
10.900 |
Desember 2022 |
13.000 |
11.100 |
Januari 2023 |
13.185 |
11.344 |
Februari2023 |
13.521 |
11.707 |
3 Maret 2023 |
13.470 |
11.780 |
Sumber: Sistem Pantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP)
Upaya menekan harga
Untuk mengendalikan harga dan inflasi, pemerintah lewat Bapanas melakukan berbagai upaya stabilisasi harga dan memastikan pasokan beras. Salah satunya melalui Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Dalam pelaksanaannya Bapanas tidak sendiri, ada stakeholder lain, seperti Kemendag, Kementan, Bulog, Satgas Pangan dan BI bersama-sama untuk menjaga inflasi, khususnya dari sumbangan beras," jelas Maino.
Dalam kebijakan ini Bapanas menargetkan penyaluran beras ke pasar sebanyak 1,2 juta ton dengan stok akhir di Perum Bulog juga 1,2 juta ton. Dus, Bulog diharapkan bisa mengelola 2,4 juta ton cadangan beras. Dari target ini, artinya Bulog setidaknya harus menggelontorkan beras sebanyak 100 ribu ton dalam jangka waktu sebulan.
Meski cukup banyak, Maino optimistis penyaluran beras Bulog dapat terlaksana. Hal ini berkaca dari realisasi penyaluran beras melalui operasi pasar di tahun sebelumnya, yang mencapai 1,2 juta ton dari periode Januari-Desember 2022.
"Merujuk tahun 2022 lalu, kita targetkan 1,2 juta ton itu 100 ribu ton per bulan. Meskipun faktanya dalam dua bulan terakhir (Januari-Februari 2023) ini sudah hampir 400 ribu ton," imbuhnya.
Penyaluran beras, kata Maino, bakal dilakukan melalui berbagai saluran, mulai dari pasar tradisional, ritel modern, Toko Pangan Kita, Rumah Pangan Kita, pemasaran online, sampai pedagang eceran. Sementara itu, pada pelaksanaan SPHP tahun ini, beras tidak disalurkan melalui distributor atau pedagang besar.
"Sehingga langsung ke rumah tangga atau konsumen atau diprioritaskan bagi warga di wilayah setempat, dalam artian wilayah kerja Perum Bulog atau cabang," ujar dia.
Sayangnya, realisasi penyaluran beras melalui SPHP di sepanjang 2022 hingga awal tahun 2023 yang cukup tinggi dibandingkan 2021 tidak diikuti dengan penurunan harga komoditas ini.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Musabab di balik meningkatnya angka kejahatan
Rabu, 22 Mar 2023 06:10 WIB
Cerita mereka yang direpresi di BRIN: Dari teguran hingga pemotongan tukin
Selasa, 21 Mar 2023 12:10 WIB