sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

GMF AeroAsia patok target revenue konservatif Rp7 triliun

Emiten anyar PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) mematok target pendapatan tumbuh konservatif 15% menjadi Rp7 triliun.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Kamis, 31 Mei 2018 03:59 WIB
GMF AeroAsia patok target revenue konservatif  Rp7 triliun

Emiten anyar PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) mematok target pendapatan tumbuh konservatif 15% menjadi Rp7 triliun.

Direktur Utama GMF AeroAsia Iwan Joeniarto mengatakan target revenue tahun ini tumbuh 15% year-on-year (yoy) dengan laba bersih yang diharapkan tetap dua digit.

“Beberapa inisiatif dilakukan GMF dalam menjawab target ini yaitu dengan merealisasikan berbagai strategic initiatives, memetakan kembali bisnis potensial dan strategi penetrasi pasar serta melakukan optimalisasi dalam efisiensi,” ujarnya dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (30/5).

Berdasarkan kinerja keuangan emiten bersandi saham GMFI tahun 2017, anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tersebut meraup pendapatan US$439,2 juta. Target tahun ini tumbuh konservatif 15%, diproyeksi revenue akan mencapai US$505,17 juta setara dengan Rp7,07 triliun (kurs Rp14.000 per dollar AS).

Perusahaan Maintenance Repair & Overhaul (MRO) tersebut telah mengantongi pendapatan operasional senilai US$115,9 juta atau meningkat 9,3% yoy setelah pada triwulan yang sama pada tahun 2017, GMF membukukan pendapatan US$106,1 juta. 

Pada kuartal I/2018, GMF juga mencatatkan laba operasional US$12,8 juta, meningkat dari US$12,5 juta, naik 2,2% yoy dari kuartal I/2017.

Adapun, laba bersih dibukukan sebesar US$7,4 juta, merosot 27,3% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya. Koreksi pada laba bersih berakibat pada penurunan margin laba menjadi 6,3%. 

Iwan menuturkan, pendapatan pada kuartal I tersebut diperoleh dari kontribusi line maintenance sebesar US$20 juta, sedangkan repair & overhaul, yang didalamnya merupakan bisnis airframe, component dan engine, sebesar US$95,9 juta. 

Sponsored

"Porsi ini sesuai dengan target perusahaan yaitu fokus pada bisnis perawatan komponen pesawat,” ujarnya.

Di samping itu, GMFI berhasil mencatat tingkat dispatch reliability sebesar 99,64% dan angka 100% pada aspek turn around time.

Iwan juga mengatakan pada kuartal pertama 2018, sejumlah pencapaian berhasil didapat. Beberapa peningkatan kapasitas dan kapabilitas berhasil dilakukan di antaranya penambahan kapabilitas airframe check untuk Boeing 737 Max, penambahan kapabilitas perawatan komponen pesawat sebanyak 56 part number untuk berbagai jenis pesawat, serta penambahan kapasitas hingga 14 line secara simultan untuk hangar narrow body (hangar 4). 

“Di kuartal I/2018 ini pun GMF telah merealisasikan salah satu strategic initiatives-nya dalam pemutakhiran teknologi informasi berupa aplikasi baru customer relationship management,” tambahnya.

Sejalan dengan hal tersebut, pada kuartal I/2018 ini, GMF membawa pelanggan baru yang berasal dari Thailand dan Bangladesh untuk melakukan perawatan beratnya di Hangar GMF, Cengkareng. 

“Hal ini merupakan langkah konkret dari upaya peningkatan porsi revenue non afiliasi dengan menambahkan portofolio customer. Saat ini pendapatan dari non afiliasi meningkat menjadi 43,8%, sedangkan pada 2017 sebesar 32,6% di kuartal yang sama,” katanya.

Selain pelanggan baru, GMFI juga menambahkan sertifikasi baru dari Otoritas Penerbangan Sipil Bahrain, Vietnam, Malaysia, Filipina dan juga Nigeria. Tak ketinggalan, Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) yang juga memberikan sertifikasi untuk perawatan pesawat Boeing 737 Max. 
  
Pengembangan Bisnis

Berbekal dana hasil pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO) pada Oktober 2017 silam, GMF mengalokasikan 65% dana atau sebesar US$49,1 juta untuk berinvestasi pengembangan bisnis korporasi. 

Iwan Joeniarto mengatakan, selain refinancing dan modal kerja, dana IPO juga telah digunakan untuk pendanaan investasi. 

“Sebanyak 12% dari dana IPO sudah kami gunakan untuk pendanaan investasi,” kata dia.

Dia menambahkan, dana tersebut digunakan untuk peningkatan kapabilitas, pembelian tools & equipment, peningkatan infrastruktur ICT dan juga infrastruktur umum lainnya yang menunjang perawatan pesawat. 

Lebih lanjut, Iwan menjelaskan pengembangan bisnis GMF masih on-track, sama halnya dengan penunjukkan investor strategis. Menurutnya, saat ini masih berlangsung proses negosiasi, dan diharapkan mencapai kesepakatan pada awal semester II/2018. 

“Kami cukup selektif dalam memilih, dalam hal ini kami dibantu financial advisor untuk menyeleksi calon investor strategis terbaik yang membawa nilai tambah yang signifikan bagi GMF. Investor strategis ini nantinya diharapkan dapat membantu GMF tidak hanya dari segi finansial tapi juga transfer knowledge dan membawa pasar untuk GMF,” kata Iwan. 

Tahun ini, manajemen GMF menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Hingga Maret 2018, perseroan telah menyerap belanja modal senilai US$18,2 juta atau sekitar Rp254 miliar.

Berita Lainnya
×
tekid