sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Imbal hasil SBN Indonesia dinilai masih menarik

Meski Bank Indonesia (BI) kembali akan memangkas suku bunga acuan, imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) diproyeksi masih menarik.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Senin, 21 Okt 2019 21:30 WIB
Imbal hasil SBN Indonesia dinilai masih menarik

Meski Bank Indonesia (BI) kembali akan memangkas suku bunga acuan, imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) diproyeksi masih menarik. Kementerian Keuangan melihat pemangkasan suku bunga acuan BI akan menekan imbal hasil SBN hingga di bawah 7%.

Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Loto Srinata Ginting mengatakan meskipun yield berada di bawah 7%, instrumen SBN Indonesia masih lebih menarik jika dibandingkan dengan negara sejenis.

"Sebab inflasi terkendali, return masih relatif menarik jika dibandingkan dengan peers masih cantik," kata Loto di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/10).

Seperti yang disampaikan Loto, BI mencatat angka inflasi pada pekan kedua Oktober 2019 masih terkendali sebesar 3,15% secara tahunan.

Loto melanjutkan, yield yang berada di bawah 7% pernah terjadi sebelumnya pada 2012. Loto mengatakan, saat itu imbal hasil berada di bawah 5% karena adanya kebijakan quantitative easing.

Berdasarkan data dari tradingeconomics.com, tingkat imbal hasil SBN Indonesia bertenor 10 tahun menyentuh level terendah sebesar 4,99% pada Februari 2012. Sementara, imbal hasil SBN Indonesia bertenor 10 tahun menyentuh level tertinggi sebesar 21,11% pada Oktober 2008. Sedangkan saat ini, imbal hasil SBN bertenor 10 tahun adalah sebesar 7,13%.

"Tingkat bunga murah bukan hal yang baru. Tapi seiring peningkatan rating kita, kualitas kredit yang semakin baik di mata investor, semakin wajar kalau menikmati imbal hasil semakin murah," tutur Loto.

Dengan demikian, lanjut Loto, yield yang turun merupakan keuntungan bagi pemerintah. Sebab, yield merupakan beban biaya bagi pemerintah, sehingga Loto berharap semakin rendah yield akan semakin baik.

Sponsored

Loto melanjutkan, pemerintah menerbitkan SBN untuk membiayai defisit anggaran sebesar 1,76% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) senilai Rp307,2 triliun pada tahun 2020. Loto pun mengatakan pemerintah masih akan tetap aktif untuk mendorong investasi jangka panjang. Sehingga, pembiayaan yang masuk tidak hanya dari portofolio, melainkan juga dari penanaman modal asing.

Berita Lainnya
×
tekid