sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dorong industri hilirisasi, Indonesia tak gentar larang ekspor bijih nikel

Pelarangan ekspor batu bara ini untuk meningkatkan nilai tambah ekspor pada komoditas nikel dengan mendirikan industri hilirisasi nikel.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Rabu, 05 Okt 2022 22:55 WIB
Dorong industri hilirisasi, Indonesia tak gentar larang ekspor bijih nikel

Pemerintah secara resmi telah melakukan pelarangan ekspor bijih nikel sejak awal tahun 2020. Larangan ini juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Tujuan dilarangnya ekspor batu bara ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah ekspor pada komoditas nikel dengan mendirikan industri hilirisasi nikel, meskipun dalam realisasinya Indonesia dihadapkan dengan tantangan berupa gugatan Uni Eropa di World Trade Organization (WTO).

“Tantangannya luar biasa, godaannya luar biasa, minta ampun,” kata Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia dalam pemaparannya di acara Orasi Ilmiah: Transformasi Ekonomi melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal, Rabu (5/10).

Menurut data yang disampaikan Menteri Investasi, cadangan bijih nikel Indonesia adalah yang terbesar di dunia yaitu 23,7%. Posisi kedua penyimpan porsi cadangan nikel adalah Australia sebanyak 21,5%, lalu Brazil 12,4%, dan Rusia 8,6%. Hal ini yang menurutnya harus disyukuri Indonesia karena memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan harus dimanfaatkan dengan baik.

Bahlil mengaku optimistis dengan program industri hilirisasi nikel maupun komoditas lainnya, akan membawa Indonesia menjadi negara maju. Apalagi tren penggunaan nikel di masa mendatang diprediksi akan terus meningkat sejalan dengan penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon.

Adapun komponen mobil listrik berdasarkan biaya, didominasi oleh baterai sebesar 35%, dan baterai mobil listrik sendiri juga porsi 80% terdiri dari nikel, baik untuk jenis Nickel Cobalt Alumunium (NCA) maupun Nickel Mangan Cobalt (NMC811).

“Ke depan, kita ingin Indonesia menjadi salah satu negara pemain baterai mobil terbesar di dunia lewat hilirisasi,” tegasnya.

Selaras dengan rencana industri hilirisasi nikel yang terus digaungkan Kementerian Investasi, hingga saat ini terdapat beberapa rencana investasi oleh asing untuk industri mobil dan baterai listrik antara lain LG Energy Solution dengan investasi di industri baterai terintegrasi senilai US$9,8 miliar, Contemporary Amperex Technology (CATL) dengan investasi yang sama seperti LG senilai US$5,2 miliar, dan Foxconn melalui investasi industri baterai dan kendaraan listrik senilai US$8 miliar.

Sponsored

Tujuan lain mendorong hilirisasi industri, Bahlil mengatakan juga ingin membangun perekonomian lokal di sekitar kawasan industri dengan melibatkan pengusaha di daerah. Kebijakan ini bahkan telah diatur melalui Peraturan Menteri (Permen) Investasi/Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kemitraan di Bidang Penanaman Modal Antara Usaha Besar dengan UMKM di Daerah.

Sehingga, dengan adanya kolaborasi industri hilirisasi dengan pengusaha di daerah akan memberikan manfaat membangun daerah sumber pertumbuhan ekonomi baru guna mewujudkan visi Indonesia sentris, pengusaha daerah bisa menjadi tuan di negeri sendiri, mahasiswa berpeluang besar menjadi pengusaha untuk memajukan daerah masing-masing, dan menahan laju urbanisasi dalam rangka pemerataan nasional. 

Berita Lainnya
×
tekid