KNPI dorong pemerintah nasionalisasi ladang gas Tangguh
KNPI berencana mengadakan aksi damai dengan tuntutan mendorong pemerintah menasionalisasi ladang gas/LNG Tangguh.

Pemerintah didorong menasionalisasi Tangguh LNG di Teluk Bintuni, Papua Barat. Sebab, tergolong aset strategis serta memiliki pengalaman mengakuisi Freeport dan Blok Mahakam.
Ladang gas Tangguh dikuasai investor asal Inggris sekaligus anak usaha bp plc, BP Berau Ltd. Beberapa investor asing lainnya juga terlibat, seperti MI Berau BV, CNOOC Mutur Ltd, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd, KG Berau Petroleum Ltd, JG Wiriagar Petroleum Ltd, dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc.
“Migas adalah salah satu sektor strategis bagi negara mana pun. Bahkan, Pasal 33 ayat (2) memandatkan negara untuk menguasai cabang-cabang produksi yang vital bagi hajat hidup orang banyak,” ucap Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Haris Pertama, dalam keterangannya, Selasa (2/5).
“Presiden Jokowi sedikit banyak sudah menjalankan mandat itu dengan menasionalisasi Freeport dan Blok Mahakam. Nah, sekarang giliran menasionalisasi ladang gas Tangguh karena produksinya besar selain Blok Masela, Maluku,” sambungnya.
Haris mengajak seluruh masyarakat Indonesia gar memiliki semangat yang sama, mendorong dan mendukung nasionalisasi ladang gas Tangguh. Pangkalnya, memiliki peran sentral dalam memenuhi kebutuhan rakyat.
“Presiden Jokowi tidak gentar dengan intervensi asing dalam menasionalisasi aset-aset strategis. Saya yakin nasionalisasi proyek gas alam Tangguh di Teluk Bintuni akan menjadi langkah heroik berikutnya oleh pemerintah,” tuturnya.
Koordinator Bidang Perekonomian DPP KNPI, Rasminto, menambahkan, pihaknya akan mengadakan aksi damai untuk mendorong wacana ini. Aksi dipusatkan di beberapa titik-titik strategis.
“Pada Rabu, 3 Mei 2023, KNPI akan mengadakan aksi mendorong nasionalisasi ladang gas Tangguh di depan Taman Pandang Istana Negara hingga Kantor Kementerian ESDM. Ini merupakan langkah konkret kami dalam membela kepentingan nasional,” ucapnya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Ironi bisnis atribut kampanye: Sepi saat kandidat dan parpol berjibun
Minggu, 04 Jun 2023 06:11 WIB
Ancaman nyata kala mesin mulai menggantikan manusia
Jumat, 02 Jun 2023 18:48 WIB