sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ladang minyak Libya tutup, harga minyak merangkak naik

OPEC dan produsen lainnya termasuk Rusia sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari, mulai Januari 2017.

Mona Tobing
Mona Tobing Sabtu, 24 Feb 2018 10:27 WIB
Ladang minyak Libya tutup, harga minyak merangkak naik

Harga minyak dunia pada akhir pekan ini beranjak naik. Harga minyak yang mendaki terjadi karena turunnya produksi minyak di Libya. 

Patokan harga internasional, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, naik US$ 0,92 menjadi US$ 67,31 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Selama pekan ini, total kenaikan minyak Brent naik hingga 3,6%.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat (AS) minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk perdagangan pada April, naik US$ 0,78 menjadi US$ 63,55 di New York Mercantile Exchange. WTI mencatat kenaikan mingguan 3,1%. 

Naiknya harga minyak dunia ini terjadi karena gangguan pasokan. Ladang minyak El Feel di Libya yang menghasilkan 70.000 barel minyak mentah per hari ditutup. Gangguan keamanan di negara penghasil minyak berdampak pada penurunan produksi minyak.

Sentimen lain yang mendongkrak harga minyak karena upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) untuk mengurangi persediaan sedang bekerja. John Kilduff, Manajer Investasi Again Capital di New York mengatakan pasar telah diuntungkan atas serangkaian peristiwa tersebut. 

Kilduff juga menilai bahwa komentar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih bahwa pasar minyak sedang melakukan penyeimbangan kembali, sehingga persedian minyak dipastikan turun pada tahun ini mendongkrak harga minyak. 

OPEC dan produsen lainnya termasuk Rusia sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari mulai Januari 2017. Artinya, pasokan minyak global bakal berkurang hampir 2%. OPEC ingin mengurangi persediaan yang dimiliki oleh negara-negara industri selama lima tahun.

Data Badan Informasi Energi AS (EIA) per Kamis (23/2) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS secara tidak terduga turun 1,6 juta barel pekan lalu. Stok minyak mentah di pusat pengiriman minyak berjangka AS di Cushing, Oklahoma juga memuai hingga 2,7 juta barel pekan lalu.

Sponsored

"Tingkat persediaan sedang turun di AS juga. Itulah mengapa sekarang ada narasi bullish di seputar pasar saat ini," terang Kilduff seperti dikutip Antara

Meningkatnya produksi AS telah menghambat upaya-upaya OPEC untuk mengurangi pasokan. Produksi AS naik ke level tertinggi sejak 1970-an pada akhir 2017. Lalu, pada akhir 2018 diperkirakan mencapai 11 juta barel per hari.

Ekspor minyak mentah AS sedang meningkat bersama produksinya. Data EIA per Kamis (22/2) menunjukkan ekspor minyak mentah AS melonjak menjadi di atas dua juta barel per hari mendekati rekor 2,1 juta pada Oktober.

Analis energi senior di Interfax Energy Global Gas Analytics di London Abhishek Kumar menyebut bahwa produksi minyak yang kuat di AS akan terus membatasi kenaikan harga. 

BBM bakal naik  

Harga minyak dunia yang terus naik menjadi angin segar bagi Dana Bagi Hasil (DBH) Riau. Menurut hitungan Pengamat Ekonomi Universitas Riau Dahlan Tampubolon, ICP atau harga minyak mentah dunia naik dari asumsi APBN tahun ini US$ 48 per barel menjadi US$ 61 per barel akan membuat harga bahan bakar khusus menjadi lebih mahal. 

Kenaikan ini sebut Dahlan otomatis akan menyesuaikan harga Bahan Bakar Khusus seperti: Pertalite, Pertamax hingga Dex mengalami kenaikan. Buntutnya, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) di Riau makin mahal. Tentu hal ini akan membuat konsumen akan beralih ke pilihan alternatif bahan bakar minyak (BBM) lebih murah yakni premium atau pertalite. 

Dahlan memprediksi tren kenaikan harga minyak mentah dunia akan bertahan hingga akhir tahun 2018. Atas pertimbangan tersebut, maka Provinsi Riau perlu merevisi Peraturan Daerah (Perda) PBBKB yang tidak pernah berubah sejak 2012.

Lagipula dengan dikuranginya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari PBBKB tidak akan mengurangi penerimaan Riau. Justru Dana Bagi Hasil Minyak dan gas wilayah akan bertambah dengan adanya kenaikan harga minyak dunia dari asumsi APBN tahun ini US$ 48 per barel menjadi US$ 61 per barel. 

"Maka transfer ke daerah akan naik sekitar Rp14,5 triliun hingga Rp 16,5 triliun, " tukas Dahlan. 

Perhitungan tersebut kata Dahlan, sebagai asumsi dasar ekonomi Indonesia pada APBN 2018 dimana dipatok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% dengan tingkat inflasi sebesar 3,5%. Plus, nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp 13.400. Serta, harga minyak mentah US$ 48 per barel dan lifting minyak 800.000 barel per hari (bph) dan lifting gas sebesar 1,2 juta bph setara minyak.

Sebelumnya Anggota Badan Musyawarah DPRD Riau, Yusuf Sikumbang di Pekanbaru mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan dampak negatif atau positif penurunan pajak BBM non subsidi. "Kami akan kaji apa dampaknya terhadap pendapatan daerah. Kami mesti tanyakan juga ke Badan Pendapatan Daerah. Untuk itu akan dibentuk pansusnya, pekan depan paripurna akan digelar," kata Yusuf. 

Politisi PKB Riau ini mengasumsikan, hitungannya dengan pajak sebesar 10% bisa didapatkan pendapatan sebesar Rp 100 miliar. Namun jika dikurangi menjadi 5%, maka besar kemungkinan pendapatan menurun menjadi Rp 50 miliar.

Berita Lainnya
×
tekid