sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Masker menjadi peluang usaha di masa pandemi

Sejak Covid-19 ini potensi bisnis masker naik hingga 77%.

Hermansah
Hermansah Rabu, 19 Agst 2020 07:33 WIB
Masker menjadi peluang usaha di masa pandemi

Kebutuhan masker menjadi peluang usaha di masa pandemi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya permintaan produk kesehatan, khususnya masker, yang dibutuhkan untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2. 

Ketua Bidang Ketenagakerjaan, Vokasi dan Kesehatan HIPMI Sari W Pramono, menyatakan sejak Covid-19 ini potensi bisnis masker naik hingga 77%. Mereka yang memiliki bisnis konveksi kini beralih menjadi membuat masker.

“Tentunya pemerintah juga harus mendukung dan menggerakkan UKM ini agar produksi lokal terutama konveksi ini akhirnya dapat menggerakkan ekonomi karena mereka harus terus berjalan. Selain itu, fashion designer lokal Indonesia juga mulai membuat masker yang lucu-lucu sesuai dengan fashion yang sekarang. Menurut saya potensinya besar untuk mengembangkan bisnis masker,” ujarnya melalui ruang digital di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Jakarta, Selasa (18/8).

HIPMI juga memiliki keinginan agar pemerintah bisa membeli barang yang diproduksi dalam negeri. Saat ini Covid-19 justru menjadi tantangan buat industri kesehatan Indonesia untuk mandiri di dalam negeri sendiri, karena sebenarnya Indonesia bisa melakukannya tanpa banyaknya transaksi impor. 

“Adanya kreativitas teman-teman yang sudah mulai bagus untuk belajar membuat masker dan lain-lain, nanti lama kelamaan angka impor bisa ditekan. Tinggal bagaimana pemerintah mensosialisasikan ini supaya membeli produk dalam negeri sendiri dan melalui UKM yang ada, agar ekonomi bisa terus berjalan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Mitra Sarana Indo Saifudin HS juga menyatakan kebutuhan Covid-19 cukup tinggi dan masih sangat dibutuhkan, salah satunya adalah masker. 

“Kalau memang ada keberpihakan dari pemerintah untuk memakai produk lokal, maka produk lokal harus dibeli agar daya beli masyarakat naik, ekonomi juga tumbuh,” ungkapnya.

Sebelum ada Covid-19, PT Mitra Sarana Indo tidak bergerak di bidang alat kesehatan sama sekali. Baru empat sampai lima bulan selama masa pandemik membuat masker. 

Sponsored

“Kami melihat semua dana anggaran pemerintah refocusing sejak masa darurat ini, kemudian anggaran untuk alat kesehatan pada saat itu ada Rp75 triliun atau sekarang naik menjadi Rp84 triliun. Mulai dari pusat sampai ke tingkat Dinkes daerah yang dibeli itu hanya APD SET, APD masker dan lain sebagainya. Kemudian seperti kata Pak Presiden ada dana Rp170 trilliun juga belum digunakan. Di sini kami melihat peluang bisnis, kalau tidak menyesuaikan kami sudah tidak punya proyek lagi,” tambahnya.

Saifudin juga menyatakan dalam berbisnis harus bisa rasional dan realistis sesuai dengan keadaan yang ada. Segera pivoting apa yang harus segera dilakukan dengan kondisi saat ini dan tidak bisa sendirian.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama CV Brilliant Ayi Hani Susanti, melalui aplikasi via Zoom menyampaikan, CV Brilliant yang sebelumnya konsen dalam produksi seragam, sekarang memproduksi berbagai jenis masker.

“Kami beralih karena demand terlalu tinggi untuk masker. Yang tadinya tidak tahu apa-apa tentang masker, tidak pernah memproduksi masker-masker sebelumnya, akhirnya mencoba untuk bikin kreasi desain masker dari desain yang sederhana seperti masker kain yang dipakai atau sampai masker scuba,” ungkapnya.

Santi menambahkan penjualan yang dilakukannya tidak dilakukan secara retail, melainkan dengan sistem korporat. 

“Ketika klien butuh yang motif batik, kami siapkan batik. Ketika klien butuh yang scuba bermerek, kami juga menyiapkan itu. Jadi kami lebih konsen ke custom. Sedangkan untuk berkreasi sendiri dan secara retail kami belum melakukannya,” ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid